TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Seniman Jakarta (MSJ) kembali melakukan aksi protes terhadap usaha Gubernur dan pemerintah DKI Jakarta mengalihkan pengelolaan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dari Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (BP-PKJ) ke tangan unit pengelola teknis yang, rencananya, diadakan pada Selasa, 10 November 2015.
Aksi itu akan berlangsung di halaman depan Teater Besar Jakarta, TIM, di seputar pohon beringin yang mati dan ditebang secara sepihak oleh pemerintah daerah, pada Selasa, 10 November 2015, pukul 18.15 WIB. Sebelumnya, acara serah-terima pengelolaan itu sempat direncanakan dilakukan pada 30 Oktober 2015, tapi ditunda menjadi hari ini.
Dalam pesan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 10 November 2015, MSJ menjelaskan bahwa pengalihan ini sudah berlangsung selama 47 tahun dengan manajemen birokratis pemerintah daerah yang sudah terbukti menjadi hambatan atau kesulitan bagi proses ekspresi artistik para seniman Jakarta dan sekitarnya.
Aksi protes itu disebut "Ngaben Kebudayaan" (kelanjutan dari aksi Jumat, 6 November lalu), sebagai simbol dari bukan hanya pembakaran mayat kesenian dan kebudayaan serta kehormatan PKJ-TIM yang dilahirkan tepat di tanggal yang sama 47 tahun silam.
MSJ menganggap pemerintah daerah dan Gubernur tidak mengindahkan, bahkan menganggap remeh, keterlibatan seniman. Pemerintah juga memaksakan kebijakan struktural dan sistemiknya itu.
Baca Juga:
Menurut MSJ, pengalihan manajemen ini menghalangi, bahkan meruntuhkan, dinamika kebudayaan yang berlangsung di wilayah atau lahan persemaian kultural itu.
Puluhan seniman akan menyampaikan pendapat dalam bentuk pikiran, oratorial, atau sekadar curahan hati dalam bentuk literer, seperti pembacaan puisi. "Semua karya yang dihasilkan pada akhirnya akan di-'ngaben', dikobong, atau dibakar sebagai ekspresi keprihatinan mendalam kami, karena rumah kami telah dijadikan mayat secara sistemik dan struktural oleh Pemda."
ARIEF HIDAYAT