TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyepakati kerja sama membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco.
Kesepakatan awal diteken untuk aksi Front End Engineering Design (FEED) revitalisasi Kilang Cilacap pada 26 November mendatang.
"Tahun 2016 proyek harus sudah mulai," ujar Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto, Selasa, 24 November 2015.
Total kebutuhan dana revitalisasi kilang ini mencapai US$ 5,5 miliar. Dwi menjamin Pertamina mendapat kepemilikan mayoritas hingga 55 persen dalam perusahaan dengan setoran minimal sebesar US$ 2,5 miliar.
Nantinya Pertamina menyerahkan aset kilang sebagai penyertaan modal. Dwi memperkirakan aset mencapai 40 persen dari total kebutuhan setoran. Kekurangan bakal ditutupi perseroan dengan pinjaman luar negeri.
Perusahaan patungan ini bakal mengelola Kilang Cilacap dengan rencana penambahan kapasitas hingga 460 ribu barel per hari, dari kapasitas saat ini sebesar 340 ribu barel per hari.
Revitalisasi kilang bakal mengubah kapasitas pengolahan dari minyak jenis sweet crude ke minyak jenis sour crude. Perseroan berjanji bakal mendapatkan minyak jenis terbaik agar harga semakin murah. Fasilitas kilang juga bakal ditambah dengan unit hydro cracker agar pengolahan solar dan avtur bisa dilakukan.
Kilang Cilacap pertama beroperasi pada 1976 dan sudah diperbarui terakhir kali pada 1999. Fasilitas ini menyumbang 34 persen kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional atau 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
"Kilang ini bakal menjadi yang terbesar se Asia-Pasifik. Nilai produknya diangkat dari 73 menjadi 98 persen," ujar Dwi.
Investasi digelontorkan secara bertahap hingga proyek selesai pada 2018 mendatang. Untuk tahap DEED, kebutuhan dana berkisar 10-15 persen dari total investasi. Diperkirakan tahap konstruksi baru masuk paling lambat pada 2017.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agus Cahyono Adi mendukung rencana Pertamina memulai revitalisasi kilang. Pemerintah, kata dia, juga sedang berupaya membuat aturan baru yang memberi prioritas pembangunan kilang kepada Pertamina dalam bentuk peraturan presiden.
ROBBY IRFANY