TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebuah program rintisan Taman Bunga Amarylis, di Dusun Ngasemayu, Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta, rusak parah gara-gara aksi selfie liar pengunjung dalam sebulan terakhir ini.
Kerusakan taman bunga seluas kurang-lebih 2.000 meter persegi yang dikembangkan pemerintah kecamatan dan warga sejak setahun lalu itu pun mengundang kemarahan netizen dan menjadi perbincangan hangat di media sosial. "Kami juga tak menyangka pengunjung taman bunga ini booming, tapi langsung rusak secepat ini," ujar Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi kepada Tempo, Sabtu, 28 November 2015.
Taman bunga ini sebenarnya disiapkan menjadi ikon baru Kecamatan Patuk, yang menjadi pintu gerbang perbatasan saat hendak memasuki Kabupaten Gunungkidul. Taman bunga rintisan ini awalnya ditanam di eks kantor Kecamatan Patuk, sudut-sudut desa, dan akhirnya secara lebih luas ditanam secara besar-besaran oleh warga bernama Sukardi, petani setempat, di pekarangannya.
"Dulu sebutan awalnya Taman Puspat atau kependekan Puspa Patuk sebagai ikon. Tapi, karena hamparan luas, pengunjung merasa seperti di Eropa, karena warna bunganya juga indah," ujarnya.
Bunga-bunga ini sendiri gampang ditemui di dusun itu. Tidak secara khusus dibeli dari luar dan dikembangkan.
Keindahan bunga amarylis sendiri terletak pada keunikannya yang jika mekar terjadi bersamaan dengan dominasi warna oranye. Di taman itu, pengunjung serasa berada di negara-negara Eropa dengan jarak taman ke sungai terdekat, Kali Pentung, hanya sekitar 100 meter.
Bunga amarylis, yang oleh penduduk sekitar disebut brambang procot, menjadi populer setelah ada wisatawan yang tertarik membelinya ketika dijajakan di pinggir jalan. Setelah itu, sejumlah petani pun mulai menyambi berjualan bunga itu jika masa liburan tiba.
PRIBADI WICAKSONO