TEMPO.CO, Jakarta - Material radioaktif yang bocor karena reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, rusak akibat tsunami pada Maret 2011 ditemukan menyebar hingga perairan pesisir barat Amerika. Ilmuwan menemukan adanya kontaminasi radioaktif di beberapa titik di perairan Amerika Serikat.
Material radioaktif dalam level tertinggi terdeteksi dalam sampel yang diambil dari sebuah lokasi sekitar 2.500 kilometer sebelah barat San Francisco. Kadar radioaktif isotop cesium mencapai 11 becquerel per meter kubik air.
Hasil ini 50 persen lebih tinggi ketimbang sampel-sampel lain yang dikumpulkan di sepanjang pesisir pantai barat. Namun kadar radioaktif yang terdeteksi itu masih 500 kali lebih rendah daripada batas aman yang ditetapkan Amerika Serikat untuk air baku minum. Kandungan radioaktif itu juga masih di bawah batas aman kontak langsung sehingga aktivitas berenang, berperahu, dan rekreasi pantai lain masih bisa dilakukan.
Tim peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution memonitor radiasi di Samudera Pasifik dan melakukan ekspedisi ke perairan di dekat Jepang tiga bulan setelah bencana menimpa Fukushima. Sejak 2014, Ken Buesseler, ahli radiokimia kelautan WHOI, dan koleganya meneliti lebih dari 250 sampel air di Pasifik.
Buesseler mengatakan data penyebaran radioaktif itu sangat penting bagi penelitian radiasi. Menurut dia, level kontaminasi di Pasifik harus terus dimonitor meski kadarnya masih jauh di bawah batas aman yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat. “Radioisotop berumur panjang ini bisa juga menjadi penanda selama bertahun-tahun bagi peneliti yang mempelajari arus laut dan percampuran air di pesisir,” ujarnya dalam keterangan pers WHOI, 3 Desember 2015.
Temuan Buesseler ini sejalan dengan laporan para ilmuwan yang tergabung dalam grup Kelp Watch dan peneliti InFORM, Kanada. Namun Buesseler hanya memfokuskan risetnya pada kandungan kimiawi laut, sedangkan para ilmuwan InFORM juga mengambil sampel organisme biologis. Hasil riset InFORM terhadap sampel ikan yang dikumpulkan di British Columbia tidak menunjukkan adanya kandungan cesium dari Fukushima.
Hampir seluruh sampel air laut yang diambil di Pasifik menunjukkan jejak cesium-137, isotop cesium dengan waktu paruh 30 tahun. Sebagian dari isotop-isotop itu adalah sisa uji coba senjata nuklir yang dilakukan pada periode 1950-1970-an.
Adapun “sidik jari” radioaktif Fukushima adalah isotop cesium-134 yang memiliki waktu paruh hanya 2 tahun. Artinya, isotop ini meluruh jauh lebih cepat ketimbang cesium-137. Untuk mengetahui keberadaan cesium-134, para peneliti mengkalkulasi berapa banyak isotop yang keluar dari Fukushima pada 2011. Hasilnya kemudian ditambahkan pada jumlah setara cesium-137 yang mungkin keluar pada waktu bersamaan.
SCIENCEDAILY | PHYS.ORG | GABRIEL WAHYU TITIYOGA