TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur akan mendatangkan mesin pembangkit dengan daya 20 MW untuk mengatasi pemadaman listrik di Kupang.
Di Kupang, Jumat, 11 Desember 2015, Humas PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur Paul Bola mengatakan mesin ini direlokasi dari Lhokseumawe dan Jakarta, dan sudah diberangkatkan ke Kupang sejak awal Desember.
"Untuk kebutuhan jangka pendek mengatasi pemadaman saat ini, dan memenuhi kebutuhan listrik untuk berbagai kegiatan sepanjang Desember, khususnya perayaan Hari Natal dan tahun baru, PLN Pusat sudah mengirim tambahan mesin sebesar 20 MW," katanya terkait dengan pemadaman di Kupang.
Selama lebih dari dua pekan ini, PLN terus melakukan pemadaman bergilir karena daya listrik yang dimiliki saat ini tidak mampu. Dia berharap perjalanan kapal yang membawa mesin 20 MW itu lancar.
Setelah tiba di Kupang, kata dia, pihaknya juga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Dinas Perhubungan NTT, syahbandar, dan PT Pelindo Kupang, agar mendapat prioritas membongkar.
Menurutnya, mesin 20 MW tersebut akan menjawab kekhawatiran masyarakat jangan sampai pemadaman listrik masih akan berlanjut sampai perayaan Natal dan tahun baru.
Penambahan mesin 20 MW tersebut adalah solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan daya sebesar 20 MW akibat tidak beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap Bolok. Daya mampu sistem Kupang saat ini hanya 34 MW yang dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Kuanino dan PLTD Tenau. Sedangkan, menurut Paul, kebutuhan pemakaian listrik masyarakat pada siang hari sebesar 44 MW dan malam hari sebesar 52-54 MW.
Dengan kondisi listrik tersebut, sambungnya, pada siang hari PLN Area Kupang kekurangan daya sehingga harus melakukan pemadaman 10 MW. Sementara pada malam hari PLN melakukan pemadaman 18-20 MW.
Dalam melakukan pemadaman, selama ini PLN Area Kupang melakukan pemadaman rata-rata selama delapan jam, sehingga setiap jalur cukup mengalami padam sekali dalam sehari.
Namun atas usulan masyarakat agar durasi padam diperpendek, maka PLN Area Kupang menerapkan durasi padam selama empat jam, dengan kemungkinan sehari setiap jalur akan mengalami giliran padam sebanyak dua kali dalam sehari.
"Kami berusaha agar durasi padam cukup empat jam, tetapi dalam pelaksanaannya, sewaktu-waktu bisa berubah lebih cepat kurang dari empat jam atau lebih lama hingga lima jam," katanya.