Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lomba Menyanyi Tunanetra, Didi Kempot Mendapat Saingan

Editor

Bobby Chandra

image-gnews
Arinil Marfuah, salah seorang penyandang tuna netra sedang mengikuti lomba pidato berbahasa Jawa di Balai Desa Giripeni, Kulonprogo, DIY, Minggu (15/1). Lomba pidato untuk kalangan tuna netra ini diselengarakan oleh Pertuni (Pesatuan Tuna Netra Indonesia). Arinil berpidato sembari membaca teks berhuruf Braille. TEMPO/Heru CN
Arinil Marfuah, salah seorang penyandang tuna netra sedang mengikuti lomba pidato berbahasa Jawa di Balai Desa Giripeni, Kulonprogo, DIY, Minggu (15/1). Lomba pidato untuk kalangan tuna netra ini diselengarakan oleh Pertuni (Pesatuan Tuna Netra Indonesia). Arinil berpidato sembari membaca teks berhuruf Braille. TEMPO/Heru CN
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Marlina namanya. Ia tunanetra asal Purwokerto. Jawa Tengah. Di kantor Kecamatan Kotagede, Yogyakarta, kemarin (13/12) ia dengan fasih menyanyi lagu berjudul Lingsir Wengi.

Tembang Lingsir Wengi kerap dinyanyikan Didi Kempot, penyanyi campursari kawakan asal Solo, Jawa Tengah.

Marlina, 50 tahun, merupakan satu di antara 23 peserta lomba menyanyi campursari yang merupakan rangkaian lomba menjelang peringatan ulang tahun Persatuan Tuna Netra Indonesia ke-50. Pertuni lahir pada 26 Januari 1966. Kini anggotanya berjumlah puluhan ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Peserta lomba campursari berasal dari Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Gunung Kidul. Marlina optimistis memenangi lomba menyanyi itu. Selain Lingsir Wengi, ia juga menyanyi lagu campursari ciptaan tokoh legendaris dan penemu musik campurasi, Manthous.

Marlina mengatakan sangat menyenangi lagu-lagu campursari. Sebelum mengikuti lomba itu, ia berlatih di komunitas Tembang Kenangan di Sleman. Komunitas ini diperuntukkan bagi penyandang tunanetra yang punya hobi menyanyi. “Kami sering diundang dalam berbagai acara hajatan,” kata Marlina, Ahad, 13 Desember 2015.

Kehilangan penglihatan bagi Marlina tak jadi halangan untuk terus berdaya dan menyalurkan hobinya. Bersama penyandang tunanetra lainnya, ia menghibur semua orang yang datang. Tak hanya penyandang tunanetra, sejumlah orang dari komunitas yang peduli dengan mereka pun datang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua Pertuni Cabang Kota Yogyakarta, Yudi Widiono, 32 tahun, mengatakan lomba menyanyi campursari itu adalah usaha untuk melestarikan budaya Jawa. Selain itu, acara itu memberi ruang bagi seluruh anggota Pertuni yang punya bakat olah vokal. Seluruh peserta menyanyi lagu wajib Ojo Lamis karya Manthous. Mereka juga bisa memilih lagu wajib berjudul Hello Sayang karya Didi Kempot. Ada pula lagu-lagu pilihan yang peserta siapkan. “Anggota Pertuni banyak yang punya suara bagus,” kata Yudi.

Yudi berharap penyandang tunanetra mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyalurkan bakat seni mereka. Misalnya mendapatkan wadah melalui Dinas Kebudayaan Yogyakarta dan melalui sekolah-sekolah inklusi. Yudi bercerita lembaga pendidikan di Yogyakarta belum banyak memfasilitasi penyandang tunanetra. Dia mencontohkan tahun 2003, Yudi pernah mendaftar di Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. “Saya ditolak dengan alasan universitas itu tak menerima penyandang tunanetra,” kata Yudi.

Selain menggelar lomba menyanyi campursari, Pertuni membuat lomba berbusana Jawa, geguritan, dan macapat. Pada 27 Januari 2016, juga akan digelar lomba rally tongkat.

SHINTA MAHARANI

Ralat:
Telah terjadi kesalahan pengambilan bahan berita yang ditampilkan pada laman ini. Berita berasal dari bintang.com, seharusnya dari Tabloidbintang.com. Berita sebelumnya berjudul: "Pascacerai, Ayu Ting Ting: Capek, Nyari Duit Susah!" Kami memohon maaf atas kesalahan tersebut.

-- redaksi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

9 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

13 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


Al-Quran Braille, Solusi Penyandang Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

27 hari lalu

Rumah produksi Al Quran Brailler di Kota Tangerang Selatan sudah membuat Al Quran untuk penyandang tunanetra di Indonesia sejak 2012. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Al-Quran Braille, Solusi Penyandang Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

Pada bulan Ramadan ini pesanan Al-Quran braille di Yayasan Raudlatul Makfufin sudah mencapai 300 set.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

33 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

39 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Di Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude

40 hari lalu

Raditya Arief. Ui.ac.id
Di Balik Prestasi Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra UI yang Lulus Cum Laude

Raditya terlahir tunanetra. Bagaimana dia kemudian bisa masuk UI dan lulus cum laude?


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

41 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

46 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

49 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

54 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.