TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih menyatakan proses lelang pengadaan bus untuk armada Transjakarta segera dilakukan. "Sedang diproses di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah," katanya kepada Tempo di kompleks perumahan menteri Widya Chandra, Ahad, 3 Januari 2015.
Kosasih berujar, Transjakarta akan mengutamakan pembelian bus single bermesin diesel. Bus berbahan bakar solar dipilih lantaran stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang ada di Jakarta belum cukup memenuhi kebutuhan armada mereka. "Bayangkan, di sini cuma ada tujuh lokasi stasiun pengisian bahan bakar gas. Kualitasnya BBG juga jelek," ucap Kosasih.
Tahun ini, Transjakarta memang hendak berbenah. Akhir Desember lalu, Transjakarta mendapat guyuran dana penyertaan modal pemerintah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 700 triliun. Dana itu akan dibelikan 1.400-2.000 unit bus.
Sekitar seribu unit, ujar Kosasih, berupa bus single (panjang 12 meter) dan maxi (13,5 meter) berbahan bakar solar. Sedangkan 150 unit tambahannya berupa bus gandeng BBG. "Kalau pakai solar, justru lebih awet. Untuk seharian beroperasi, bus cukup sekali mengisi full," tutur Kosasih.
Jika menggunakan BBG, kata Kokasih, bus harus dua kali mengisi bahan bakar. "Ini yang kerap membuat bus kosong di koridor. Belum lagi antrean di SPBG-nya lama, karena satu lokasi bisa melayani seratus bus."
Untuk mengantisipasi masuknya bus berkualitas jelek, Kosasih mengatakan pihaknya bersama LKPP memperketat spesifikasi. "Kami tingkatkan speknya supaya lebih berkualitas. Preferensi kami masih bus Jepang atau Eropa," ucapnya.
PRAGA UTAMA