TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi telah memutus hubungan diplomatik dengan Iran terkait dengan eksekusi terhadap pemuka Syiah ternama, Nimr al-Nimr, Senin, 4 Januari 2016.
BBC melansir, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan sikap Arab Saudi itu setelah para demonstran menyerbu Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran dan memprotes eksekusi Nimr. Jubeir mengatakan seluruh diplomat Iran harus meninggalkan Arab Saudi dalam waktu 48 jam. Sementara itu, diplomat Arab Saudi di Teheran, kata Jubeir, sudah diminta untuk pulang.
Jubeir menyatakan Arab Saudi tidak akan membiarkan Iran mengacaukan keamanan. "Sejarah Iran penuh dengan gangguan negatif dan permusuhan dalam isu-isu Arab, dan selalu disertai perusakan," katanya dalam konferensi pers.
Sebelumnya, Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam Kerajaan Saudi atas eksekusi Nimr. Menurut dia, tindakan itu telah membuat marah umat Islam Syiah di seluruh penjuru Timur Tengah.
Pada Sabtu, 2 Januari 2016, para pengunjuk rasa menyerbu Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran. Mereka membakar gedung kedutaan sebelum akhirnya berhasil dihalau aparat kepolisian. Menteri luar negeri Arab Saudi mengatakan tidak ada satu pun diplomatnya yang terluka atas insiden tersebut.
Iran adalah saingan utama Arab Saudi. Mereka saling bertentangan dalam konflik di Suriah dan Yaman. Hubungan kedua negara telah tegang dalam beberapa dekade terakhir dengan berbagai isu, termasuk program nuklir Iran dan kematian warganya saat melaksanakan haji pada 1987 dan 2015.
BBC | FRISKI RIANA