TEMPO.CO, Jakarta - Sosok ulama Syiah, Nimr Baqr Al-Nimr, menjadi perbincangan dunia internasional setelah dieksekusi mati pemerintah Arab Saudi atas tuduhan melawan pemerintah. Pria 56 tahun itu dikenal sebagai ulama yang kritis dan memilih berdebat dengan cara demokratis ketimbang melawan menggunakan cara kekerasan.
Dikutip dari Arab News, Al-Nimr telah populer di kalangan pemuda Arab Saudi sebagai sosok yang kritis terhadap setiap kebijakan pemerintah sejak lama. Tahun 2009, dia sempat mengkritik pemerintah dan mendesak supaya hak kaum Syiah dihormati pemerintah Arab Saudi.
Al-Nimr juga dikenal konsisten menyuarakan kritiknya. Dia pernah membentuk organisasi independen yang dinamakan Al-Awamiyah, di Provinsi Timur, Arab Saudi. Pada 2011 dan 2012 dia juga menyerukan aksi demonstrasi besar-besaran untuk menahan pasukan Arab Saudi yang hendak melakukan tindak kekerasan.
Meski dikenal sebagai sosok yang demokratis dan menghindari kekerasan, Al-Nimr justru sering mendapat tindakan represif dari pemerintah Arab Saudi. Pada 8 Juli 2014, Polisi Arab Saudi menembak dan menyeretnya ke penjara. Hal itu dilakukan oleh Kepolisian Arab Saudi setelah adanya insiden saling tembak.
Selanjutnya, Pengadilan Pidana Khusus Arab Saudi menjatuhkan sanksi hukuman mati karena ia dianggap tidak mematuhi penguasa dan melawan pasukan keamanan.
Dari profil singkatnya, Al-Nimr adalah seorang pemimpin Syiah yang lahir pada 1959. Kritiknya yang terus gencar dilakukan ini berakibat pada penangkapannya bersama 35 orang. Dia dieksekusi mati pada Sabtu, 2 Januari 2016. Eksekusi mati itu menuai kecaman dan protes.
ARAB NEWS / AVIT HIDAYAT