TEMPO.CO, Bojonegoro - Sebelas warga Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, keracunan gas H2S (Hydrogen Sulfide), Senin, 1 Februari 2016. Diduga gas tersebut berasal dari pengeboran minyak di Sumur A Sukowati yang dikelola Joint Operating Body Pertamina-Petrochina (JOB-PPEJ).
Korban merasa pusing, mual, dan lemas. Dua di antaranya bahkan pingsan setelah menghirup gas beraroma seperti telur busuk itu. Para korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina dan Rumah Sakit Aisyiyah, Bojonegoro. Mereka adalah Mirna, 27 tahu; Prihadi, 41 tahun; Khoiriyah, 37; Lusiati, 34; Samining, 36; Indah; Ruli; Supiyatun, 50; Jasmi, 80; Ira; dan Sunar.
Menurut salah seorang warga Sambiroto, Wawan, aroma busuk itu mulai menyebar pada pukul 09.00 WIB, Ahad, 31 Januari 2016. Pada siang hari, bau busuk tersebut sempat berkurang. Namun malam hari sekitar pukul 19.00, bau busuk datang lagi dan kian menyengat. Warga panik karena ada tujuh orang lemas, pusing, dan muntah-muntah.
Selang beberapa waktu, datang ambulans bantuan dari JOB-PPEJ, yang lantas mengangkut korban keracunan ke rumah sakit. Karena korban mulai berjatuhan, sejumlah warga marah dan ke kantor Desa Sambiroto pada pukul 22.30. Di kantor desa yang berjarak sekitar 450 meter dari Sumur A Sukowati itu, sekitar 80 orang melancarkan protes ke pihak JOB-PPEJ.
Pertemuan dipimpin Kepala Desa Sudjono dan membahas tuntutan warga. Warga mendesak JOB-PPEJ bertanggung jawab atas timbulnya gas beracun. Selain itu, warga, yang berlokasi di ring satu (berjarak antara 300 meter hingga 600 meter dari lokasi pengeboran minyak JOB-PPEJ), meminta kompensasi.
Namun pertemuan Ahad malam itu tak membuahkan hasil. Warga pulang dan melanjutkan pertemuan Senin siang pukul 14.00. Pertemuan lanjutan belum digelar, tiba-tiba bau busuk kembali tercium. Jumlah korban pun bertambah menjadi empat orang atau total menjadi 11 orang. “Tiba-tiba tubuh lemas dan pandangan gelap,” ujar Mirna yang ditemui Tempo di Rumah Sakit Ibnu Sina, Bojonegoro.
Ratusan warga yang marah mendatangi kantor JOB-PPEJ minta pertanggungjawaban. Kepala Kepolisian Sektor Kapas Ajun Komisaris Polisi Ngatimin mengatakan menurunkan 40 personel untuk menenangkan warga. “Kami berupaya menenangkan,” ujarnya.
Staf Hubungan Masyarakat JOB-PPEJ, Nur Hasyim, mengaku belum bisa memastikan apakah bau busuk itu berasal dari sumur pengeboran atau bukan. Meski demikian, perusahaan menyediakan ambulans dan bantuan untuk pengobatan. “Kami merawat mereka yang sakit,” ujarnya.
SUJATMIKO