TEMPO.CO, Bojonegoro - Warga di sekitar tambang minyak yang dikelola Join Operating Body Pertamina PetroCina East Java (JOB-PPEJ) di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, masih waswas terhadap kebocoran gas beracun (Hydrogen sulfide), seperti yang terjadi pada Minggu, 30 Januari, dan Senin, 1 Februari 2016.
Salah seorang warga, Mintono, 38 tahun, mengatakan bau busuk yang selama 2 hari kemarin menyengat membuat warga tak nyaman. Apalagi sebelas orang dilarikan ke rumah sakit karena keracunan setelah menghirup bau tersebut. ”Kami cemas,” ujarnya, Selasa, 2 Februari 2016.
Mistono berujar, bau busuk menguar ke mana-mana, bersamaan dengan kegiatan pembersihan sumur JOB-PPEJ yang terletak di Lapangan A Sukowati. Dia menduga, aktivitas bersih-bersih sumur itu menyebabkan gas bocor. "Baunya seperti telur busuk."
Mistono berharap, JOB-PPEJ bertanggung jawab atas pencemaran udara yang ditimbulkan. Sebab, kata dia, kasus seperti ini tidak hanya satu dua kali saja, tapi sudah berulang-ulang. "Sebelumnya, bau busuk dari pengeboran pernah terjadi pada 2006 dan 2015, dan kini terulang," ujarnya.
Puluhan anggota Kepolisian Resor Bojonegoro masih berjaga-jaga di Sambiroto untuk mengantisipasi kemarahan warga. Satu unit ambulans diparkir tak jauh dari sumur minyak Sukowati. Sejumlah petugas kesehatan disiagakan di sekitar Kantor Desa Sambiroto.
Sementara itu, 11 orang warga korban keracunan gas yang dirawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Bojonegoro akhirnya memilih pulang. Menurut mereka, selama di rumah sakit, tidak ada perhatian dari perusahaan. ”Hanya disuruh tidur,” ujar Prihadi, 41 tahun, salah satu korban.
Field Admin Superintendent JOB PPEJ Akbar Pradima tidak bisa dihubungi. Beberapa kali telepon tidak diangkat meski dalam kondisi aktif. Adapun Kepala Keamanan JOB-PPEJ Yoga Utama mengaku sedang berada di luar kota. “Nanti akan ada penjelasan dari perusahaan,” ujarnya.
SUJATMIKO