TEMPO.CO, Yogyakarta - PT PLN (Persero) memanfaatkan batu bara untuk pembangkit listrik. Namun ada limbah bahan bakar padat itu yang terbuang. Oleh PLN, limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) justru dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai ekonomi.
Bahkan pembangkit listrik tenaga uap bisa menghasilkan 3 juta ton limbah batu bara per tahun. Limbah itu kemudian diolah menjadi batako, misalnya, dan bisa memutar uang untuk percepatan pengembangan infrastruktur senilai Rp 1,5 triliun.
"Bahan bakar yang mempunyai limbah berbahaya dan beracun diolah sedemikian rupa sehingga menjadi bahan bermanfaat," kata Direktur Human Capital Management (HCM) PLN Muhamad Ali, di sela-sela seminar pemanfaatan limbah B3 di kantor PLN Yogyakarta, Senin, 1 Februari 2016.
Sisa pembakaran batu bara pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebanyak 3 juta ton per tahun karena pembangkit memerlukan 60 juta ton batu bara. Limbahnya disebut Fly Ash-Bottom Ash (FABA).
Pemanfaatan FABA ialah untuk pembuatan batako, batu bata ringan, dan campuran semen beton, hingga campuran wash water treatment. PLN bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan memproduksi bahan bangunan secara massal menggunakan bahan FABA.
Baca: 2017, Palu Diperkirakan Bebas Pemadaman Listrik
Perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur, misalnya, bisa memanfaatkan FABA untuk menggantikan 30 persen semen dengan kualitas yang lebih baik.
Direktur Verifikasi Pengelolaan limbah B3 dan limbah non-B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sayid Muhadar mengatakan upaya pemanfaatan FABA cocok dengan program pemerintah. Sebab, limbah itu mempunyai nilai ekonomi. Secara teknis, FABA ini bisa mensubsitusi semen hingga 10- 20 persen untuk beton tanpa mengurangi kualitas beton tersebut.
"Jadi ada penghematan 20 persen. Juga di sisi lingkungan bisa mengurangi kerusakan bukit yang dikeruk, dan tidak mengurangi kehidupan hayati untuk pembangunan," kata Sayid.
Menurut Sayid, pemanfaatan limbah FABA bisa mendukung program pembangkit listrik 35 ribu MW karena bisa menekan biaya.
MUH SYAIFULLAH