TEMPO.CO, Bangkok - Mantan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra membuka kediamannya bagi media internasional untuk memberi kesempatan melihat kehidupannya setelah tersisih dari arena politik di Negeri Gajah Putih itu.
Dilarang melibatkan diri dalam dunia politik selama lima tahun, perdana menteri wanita pertama Thailand ini mengatakan kini dia memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal yang amat diminatinya, yaitu menanam selada.
"Selain membuat persiapan untuk kasus pengadilan, saya mengisi waktu saya dengan berkebun. Hasilnya untuk hidangan keluarga dan diberikan kepada teman-teman yang menyukai sayur-sayuran," kata Yingluck Shinawatra kepada media akhir pekan lalu.
Adiknya, Thaksin Shinawatra, yang juga mantan Perdana Menteri Thailand ini, juga mengisi waktu luangnya dengan berkunjung ke kuil dan bertemu sahabatnya.
"Saya ingin tahu perkembangan terakhir," kata Yingluck, yang menerima celaan dari Legislatif Nasional dan kemudian dilarang bergiat dalam politik selama lima tahun.
Yingluck juga menghadapi tuntutan pidana di Mahkamah Agung karena perannya dalam skema pembelian padi di negara ini. Jika dihukum, dia bisa dikenakan hukuman maksimal 10 tahun penjara.
Yingluck menyinggung soal pemilihan umum, yang menurut dia harus diadakan karena merupakan bagian dari dasar penting dalam sistem demokrasi, di samping untuk kebaikan ekonomi dan untuk memelihara kepercayaan rakyat.
Yingluck mengatakan Thaksin juga ingin kondisi di Thailand kembali seperti biasa, dan pemilihan serta transfer kekuasaan kepada rakyat dilakukan secepat mungkin.
Pada akhir sesi perjumpaan dengan media itu Yingluck menjelaskan bahwa tindakannya mengundang media internasional ke kebun seladanya tidak ada niat tersembunyi.
"Saya tidak ada agenda tersembunyi ketika membuka pintu kediaman saya," katanya.
Yingluck menekankan, jika ada komentarnya terkait dengan politik selama perjumpaan dengan media, itu terjadi secara kebetulan saja, bukan direncanakan.
SOUTH CHINA MORNING POST | YON DEMA