TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian melihat peta industri pulp dan kertas dunia terus berubah dan menguntungkan Indonesia.
"Kombinasi pergeseran dan prediksi kenaikan kebutuhan kertas dunia dari 394 juta ton menjadi 490 juta ton pada 2020, memberi peluang bagi kita untuk mengembangkan industri pulp dan kertas," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Maret 2016.
Menurut Saleh, Indonesia unggul dalam pasokan bahan baku karena iklim yang cocok bagi tanaman hutan tanaman industri, seperti akasia dan eucalyptus. Industri pulp Indonesia menduduki peringkat 9 dunia, sedangkan untuk industri kertas berada di peringkat keenam.
“Saya berharap industri pulp kita melompat naik ke ranking 6 dari posisi 9 dunia,” kata Saleh dalam kunjungan kerjanya ke OKI Pulp & Paper Mills di Desa Bukit Batu, Kecamatan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Baca: PLN Turunkan Tarif Listrik Bulan Ini
Saleh memperkirakan industri pulp dan kertas nasional akan tetap bertumbuh sebesar 3-4 persen. Sebab, produk pulp dan kertas merupakan salah satu komoditas yang akan terus dikonsumsi seiring dengan tumbuhnya populasi penduduk dunia serta mulai beroperasinya PT OKI pada pertengahan 2016.
Ia juga mengungkapkan, kebutuhan kertas dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar rata-rata 2,1 persen per tahun. Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing-masing sebesar 7,932 juta ton per tahun pulp, dan 12,986 juta ton per tahun kertas dengan jumlah industri sebanyak 81 industri.
Adapun ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3,5 juta ton pulp dengan nilai sebesar US$ 1,72 miliar, dan 4,35 juta ton kertas dengan nilai sebesar US$ 3,74 miliar. Saleh mencatat hampir semua jenis produk kertas telah dapat diproduksi dalam negeri.
FRISKI RIANA