TEMPO.CO, London- Perdana Menteri Inggris, David Cameron memutuskan bergabung dengan NATO untuk menghalau pergerakan ribuan pengungsi dari Suriah yang hendak masuk ke Eropa secara besar-besaran. Dia mengaku sedang bersiap untuk bertemu dengan para pemimpin negara di Eropa untuk membahas masalah peningkatan migrasi tersebut.
Dikutip dari The Guardian, Cameron mengumumkan bahwa pihaknya telah mengerahkan pasukan Angkatan Laut di Laut Aegean. Dia mengerahkan kapal amfibi dengan membawa helikopter jenis Wildcat. Ini ada kontribusi pertama yang dilakukan oleh Inggris untuk NATO.
Baca juga: Amerika Bangun Pangkalan Udara di Kurdi-Suriah
Rencananya kapal Inggris bergabung dengan pasukan dari sejumlah negara yang terlebih dulu bergabung. Mereka di antaranya dari Jerman, Kanada, Turki, dan Yunani. Ini adalah bagian dari intervensi pertama NATO atas banyaknya migrasi.
Para pemimpin di Uni Eropa bahkan memanggil Turki untuk segera bertindak menghentikan migrasi besar-besaran itu. Langkah ini diambil hanya beberapa jam setelah kapal yang membawa pengungsi tenggelam. Kejadian itu mengakibatkan sedikitnya 25 orang meninggal.
Baca Juga:
Baca juga: Saudi Siapkan Makanan dan Obat untuk Warga Suriah
Tercatat, penumpukan pengungsi di Yunani dan Turki meningkat sejak Minggu, 5 Maret 2016. Pejabat daerah di negara tersebut mengatakan, di perbatasan utara negara itu ada sedikitnya 14 ribu pria, wanita, dan anak-anak yang diperkirakan terjebak. Hal ini akibat dari keputusan Makedonia menyegel perbatasan.
"Eropa saat ini berada di tengah-tengah krisis, alasannya karena kelemahan politik," kata Tsipras pejabat tinggi di Yunani. Pada Senin, 6 Maret 2016 pemerintah Yunani mengatakan telah meninggalkan total 36.419 orang yang terdampar di Yunani.
Baca juga: Amerika Serikat Prihatin Panitia KTT OKI Loloskan Penjahat Perang
Lebih dari 400 orang tewas sepanjang tahun ini. Mereka mencoba untuk menyeberangi laut ke Eropa dan hampir 10 kali lebih banyak pengungsi dan migran melintas di enam minggu pertama 2016 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di Inggris, Cameron saat ini menghadapi tekanan dari pemimpin UKIP, Nigel Farage, tentang prospek Turki bergabung dengan Uni Eropa. Mereka khawatir bahwa migrasi akan terus terjadi secara besar-besaran dan tak terbendung.
THE GUARDIAN | AVIT HIDAYAT