Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siti Sa'adah, Kisah Pengabdian Seorang Guru Tuna Netra  

image-gnews
Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) mendengarkan soal Ujian Nasional (UN) yang dibacakan pengawas, Yogyakarta, Senin (23/04/2012). TEMPO/Suryo Wibowo
Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) mendengarkan soal Ujian Nasional (UN) yang dibacakan pengawas, Yogyakarta, Senin (23/04/2012). TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perlahan-lahan Siti menuruni tangga di depan kamar indekosnya setelah lebih dulu mengunci pintu ruangan berukuran tidak lebih dari 4 x 4 meter persegi. Ia mengikuti jejak suaminya yang lebih dulu meraba tepi tangga untuk turun. Sesampainya di bawah digapainya lengan kiri sang suami untuk digandeng.  Anak laki-laki semata wayangnya yang baru berumur 7 tahun sudah berangkat ke sekolah lebih dulu. Jam menunjukkan belum genap pukul tujuh.

Pagi itu, pemilik nama lengkap Siti Sa’adah itu menjalani aktivitas rutinnya. Perempuan berkerudung hitam itu tidak melepas genggamannya dari lengan Dwi Nugroho, laki-laki yang menikahinya 9 tahun silam. Langkah kaki keduanya dituntun oleh tongkat aluminium yang dipegang dengan tangan kanan suami. Mereka berjalan sejauh 50 meter, sebelum sampai di depan gerbang sekolah. Senin, 7 Maret 2016 lalu Tempo mengikuti kegiatan Siti ke sekolah.

Sudah belasan tahun perempuan yang usianya memasuki kepala empat itu mengabdi sebagai guru di Madrasah Tsnawiyah Yaketunis Yogyakarta. Ada tiga mata pelajaran yang ia ajarkan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), dan olahraga. MTs Yaketunis yang berlokasi sekitar 150 meter selatan Pojok Beteng Wetan ini  merupakan sekolah inklusi. Artinya, mata pelajaran yang diajarkan berdasarkan kurikulum sekolah umum. Tidak ada perbedaan bobot, tidak ada kemewahan atau keistimewaan yang diterapkan kepada muridnya.

Mendidik belasan sampai puluhan murid yang sama-sama menyandang tuna netra menuntut kesabaran tingkat dewa. “Satu per satu murid didatangi dan dipastikan mereka melakukan gerakan senam dengan benar,” tutur ibu dari Fadil Rahmat Ramadhan ini menjelaskan cara mengajar olahraga. Mereka tidak bisa melihat seperti orang kebanyakan, ketika tangan direntangkan panjang-panjang, pendek-pendek, maka Siti pun memegang tangan muridnya dan menunjukkan pola gerakan. “Itu baru satu gerakan,” lanjutnya sambil tertawa.

Menjadi guru merupakan salah satu keinginannya sejak kecil. Anak bungsu dari 9 bersaudara yang berasal dari keluarga petani tanpa sawah di Kutoarjo ini lahir normal. Matanya awas. Dia bercerita pada usia 3 tahun menderita penyakit gabag. Oleh mantri setempat, ia disuntik. “Padahal katanya kalau sakit gabag tidak boleh disuntik,” ujarnya mengulang ucapan orangtua zaman dahulu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tumbuh sebagai gadis tuna netra tidak pernah memadamkan semangatnya yang berkobar setiap mendengar kata sekolah. Rasa iri terselip di hatinya ketika harus menyaksikan seluruh kakaknya bisa berangkat dan pulang sekolah seperti halnya teman-teman sepermainannya. Siti cilik kerap berdiri di depan pintu kelas sekolah yang dekat dengan rumahnya. Ia mendengarkan guru mengajar. Ia tidak bisa bergabung, karena sekolah di desa tidak memiliki guru yang mampu melayani siswa berkebutuhan khusus sepertinya.

Ditolak jadi PNS, ia memutuskan untuk mengajar di Yaketunis, sekolahnya dulu. Menurutnya, tidak masalah menjadi guru dimana pun sebab yang terpenting bisa mengajar dan mendidik murid sehingga mereka menjadi manusia yang mandiri. “Apalagi bagi penyandang disabilitas, jangan sampai malu bersekolah hanya karena keterbatasan fisik, agar kelak tidak bergantung dengan orang lain,” ucap Siti.

SWITZY SABANDAR 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

21 jam lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

12 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

16 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

36 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

42 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

43 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

48 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

51 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

56 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

59 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.