TEMPO.CO, Jakarta- Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki menyatakan bahwa warga negara Indonesia, khususnya pelajar, tidak menjadi target pelaku ledakan bom di Ankara, Turki.
"Namun, WNI (pelajar) bisa saja menjadi korban salah sasaran," kata Azwir Nazar, Ketua Umum PPI Turki, dalam keterangan resminya, Senin, 14 Maret 2016.
Azwir mengatakan bahwa serangan bom pada Minggu petang, 13 Maret 2016 terjadi di distrik Kizilay, jantung kota Ankara. Kizilay, menurutnya adalah area pusat transportasi yang menghubungkan metro bawah tanah dengan distrik lain di Ankara.
Azwir menyatakan, sejak Oktober 2015 sudah terjadi tiga serangan bom di Ankara. Serangan pertama dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 10 Oktober 2015, dan menewaskan 103 orang. "Kemudian pada 17 Februari 2016 menewaskan 29 orang yang menyerang mobil militer. Sementara yang kemarin, bom mobil menyerang bus transportasi publik," katanya.
Menurut Azwir, total pelajar di Turki berjumlah 769 orang yang tersebar lebih di 20 kota. Ia pun mengimbau agar pelajar selalu waspada dan menjaga komunikasi dengan sesama pelajar, termasuk menjauh dari tempat keramaian.
Ia juga mengharapkan agar pemerintah Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia dapat memberi perhatian lebih besar dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa saja menimpa pelajar atau WNI.
PPI Turki sebagai representasi organisasi pelajar Indonesia akan membentuk jaringan komunikasi bersama dengan seluruh PPI wilayah dan organisasi kemitraan dalam meningkatkan komunikasi dan koordinasi.
FRISKI RIANA