TEMPO.CO, Solo - Rumah keluarga Wiji Thukul di Solo terlihat sepi, kendati pintunya terbuka lebar pada Jumat, 18 Maret 2016. Beberapa alat menjahit terlihat di ruang tamu, yang sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga.
Tak lama kemudian, istri Wiji Thukul, Dyah Sujirah, ke luar. Wanita, yang akrab dengan sebutan Mbak Pon, itu menemui beberapa jurnalis yang bertamu.
"Wani masih tidur, kecapekan," kata Sipon. Fitri Nganti Wani adalah anak sulungnya. Menurut dia, Wani masih kelelahan setelah pulang dari Timor Timur.
Baru beberapa menit berbincang, Wani tiba-tiba keluar dari salah satu kamar. Dia tiba-tiba berteriak dan mengajak ibunya masuk rumah. Pintu rumah ditutup dengan keras.
"Tidak ada wawancara," teriak Wani dari dalam rumah. "Bapakku bukan tukang bikin bom," ujarnya berteriak.
Sebelumnya, dikabarkan Wiji Thukul menerima penghargaan dari Xanana Gusmao lantaran dianggap sebagai orang yang berjasa bagi Timor Timur. Penghargaan itu diterima oleh putri sulungnya, Fitri Nganthi Wani.
Penyair yang hilang itu dianggap berjasa lantaran membantu tentara Timor Timur. Sejumlah tuduhan di sosial media menyebut, Thukul membuat bom untuk melawan tentara Indonesia.
AHMAD RAFIQ