TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan Sunny Tanuwidjaja memang dekat deengan kalangan pengusaha kelas kakap di Indonesia.
Menurut Ahok, kedekatan tersebut tak lepas dari pekerjaan Sunny waktu itu sebagai peneliti lembaga riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparansi (CDT).
"Dia kenal dekat dengan Lippo Group. Terakhir saya dengar dia kerja buat Peter Sondakh. Saya kasih lepas dia kalau mau memonitor," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Kamis, 7 April 2016.
Bukan itu saja, Ahok juga sering mengajak Sunny jika dirinya bertemu dengan para petinggi partai politik, misalnya Ketua Umum Partai NasDem dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Saya ajak dia pas ketemu Surya Paloh. Dia juga saya ajak pas ke acara Bu Mega. Pas mau masuk ke ruangan, Bu Mega melarang dia masuk, jadi saya ngobrol berdua. Si Sunny sama Lippo juga dekat," tutur Ahok.
SIMAK: Cerita Ahok Bawa Sunny Ketemu Megawati dan Jokowi
Meski demikian, Ahok menegaskan, Sunny tidak pernah mempengaruhi dirinya dalam menentukan kebijakan di DKI Jakarta. Ahok juga tak mengetahui apakah Sunny melakukan lobi khusus terkait dengan proyek reklamasi Teluk Jakarta.
"Sunny hanya mengamati semua pergerakan politik yang terjadi di Balai Kota DKI," ucap Ahok.
Nama Sunny mencuat lantaran disebut-sebut oleh Ketua Komisi D DPRD DKI Mochamad Sanusi, tersangka kasus dugaan suap terkait dengan pembahasan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) dan Rencana Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura Jakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi pun mencekal Sunny ke luar negeri. Selain Sunny, penyidik KPK mencekal Direktur PT Agung Sedayu Group Richard Halim Kusuma.
BISNIS.COM