Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Intoleransi Marak, Seniman Yogyakarta Protes Lewat Grafiti

image-gnews
Sebuah mural bertuliskan caci maki untuk aparat pemerintah kota Yogyakarta terlihat di pojok jalan Kolonel Sugiyono, Yogyakarta (17/10). Berbagai karya street art ini dipasang sebagai bentuk protes terhadap minimnya fasilitas untuk difabel dan ruang berekspresi seni. TEMPO/Suryo Wibowo.
Sebuah mural bertuliskan caci maki untuk aparat pemerintah kota Yogyakarta terlihat di pojok jalan Kolonel Sugiyono, Yogyakarta (17/10). Berbagai karya street art ini dipasang sebagai bentuk protes terhadap minimnya fasilitas untuk difabel dan ruang berekspresi seni. TEMPO/Suryo Wibowo.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -Karya seni grafiti menggelitik pejalan, menghias dinding kusam. Grafiti di dinding Jembatan Kleringan atau Kewek Yogyakarta itu bercat dominan hitam. Coretan nyeni itu ada di bagian barat dan timur jembatan. Ada tanda tanya besar dan kalimat City of Tolerance bercat kuning, tepat di tengah sebuah dinding bagian barat Jembatan Kewek. 

Tulisan serupa juga ada di dinding sebelah timur. Tulisan yang mencolok juga muncul di dinding bagian barat. Dinding itu bertuliskan penyeragaman membunuh keberagaman dengan cat semprot berwarna oranye. Pembuatnya adalah seniman yang tergabung dalam Forum Solidaritas Jogja Damai. Forum yang dibentuk berbagai individu, organisasi, dan kelompok kreatif di Yogyakarta mendorong keadilan bagi kelompok minoritas, yang mengalami kekerasan kelompok intoleran. “Grafiti itu penanda kami berkabung terhadap maraknya kasus intoleransi,” kata Patub, anggota Forum Solidaritas Jogja Damai, Rabu, 13 April 2016.

Sebanyak 20-30 seniman menciptakan grafiti itu pada Sabtu menjelang tengah malam, 9 April 2016. Selain di dinding Jembatan Kewek, seniman juga menciptakan grafiti di dinding Jalan Parangtritis. Karya seni itu menggambarkan ironi bagi Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai city of tolerance, kota pendidikan, kota pelajar, kota budaya, dan kota istimewa.  Di daerah ini kasus intoleransi  yang melibatkan kelompok yang mengatasnamakan agama semakin bertambah. Aparat tidak tegas, lamban, dan malah membiarkan kasus intoleransi.

Seniman lainnya, Andre mengatakan teks penyeragaman membunuh keberagaman pada grafiti menggambarkan kelompok reaksioner yang memaksakan kehendak. Mereka memaksakan persamaan persepsi, keyakinan, ide, dan ekspresi.  Tindakan itu mengancam demokrasi dan keberagaman di Yogyakarta. Sedangkan, tulisan City of Tolerance  sebagai bagian dari upaya seniman mempertanyakan ulang makna itu dan relevansinya bagi Yogyakarta.

Selain menciptakan karya grafiti pada dinding, seniman di Yogyakarta menciptakan karya yang diunggah di media sosial. Satu di antaranya adalah poster ciptaan Anti-Tank. Poster bertuliskan ‘ hadang fasisme’ berlatar warna merah. Dalam poster itu terdapat tangan yang menggenggam pergelangan tangan dengan sebuah pedang. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada juga poster berlatar warna hitam bertuliskan ‘Jogja City of Intolerance’. Karya-karya Anti-Tank selama ini banyak menghias sudut kota yang lekat dengan kritik sosial. “Poster itu media kampanye untuk menandingi kampanye bernada kebencian oleh ormas,” kata Andre.

Setara Institute merilis hasil kajiannya tentang kondisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan pada 2015. Hasil laporan itu menunjukkan Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam lima besar provinsi dengan pelanggaran tertinggi. Ada tiga penyebab daerah ini masuk dalam provinsi dengan peringkat pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan tertinggi. Pertama, faktor dinamika kepemimpinan di tingkat lokal. Kedua, pertumbuhan kelompok sosial yang menampilkan wajah dan tindakan intoleran. Mereka memanfaatkan keterbukaan masyarakat Yogyakarta. Ketiga, lemahnya kontrol legal dan kontrol sosial.

SHINTA MAHARANI 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

5 hari lalu

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi (KPH Aksi Yogyakarta) melaporkan Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Singgih Rahardjo karena dugaan sejumlah pelanggaran jelang masa pemilihan kepala daerah atau pilkada. Tempo/Pribadi Wicaksono
Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

13 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

16 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

28 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

32 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

52 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

58 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

59 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.