TEMPO.CO, Semarang - Kepala Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menyatakan aksi bocah mencegat pengendara sepeda motor di trotoar seharusnya menjadi bahan introspeksi pemerintah daerah dalam mengelola kebijakan transportasi di jalan raya.
Pendapat Djoko disampaikan terkait dengan aksi seorang bocah bernama Daffa Farros Oktoviarto, 9 tahun, yang berani mencegat pengendara sepeda motor yang melintas di trotoar. Aksi Daffa sontak memicu berbagai pujian di media sosial.
“Ini keren banget anak kecil di Semarang, dia berantem sama pengendara sepeda motor yang naik ke trotoar saat terjadi kemacetan parah di Jalan Sudirman Kalibanteng SMG,” kata netizen bernama Ronald dalam akun Facebook-nya.
BACA: 2 Rahasia di Balik Aksi Berani Bocah Hadang Motor di Trotoar
Ronald mengaku melihat sendiri peristiwa penyetopan yang dilakukan Daffa di dekat jalan layang Kalibanteng, Semarang, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman. Ia kemudian mengambil gambar dengan ponsel. Peristiwa itu, kata Ronald, terjadi pada Jumat, 15 April 2016.
Segera setelah diunggah ke media sosial, video Daffa jadi viral. Facebook, Instagram, dan Twitter ramai dipenuhi kicauan netizen. Video itu juga memicu Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mencuit lewat akun Twitter-nya, @hendrarprihadi.
Wali Kota Hendrar mengaku mengapresiasi aksi yang dilakukan Daffa dengan menulis: "#bergerakbersama bukan seruan di awang-awang -- Daffa bisa membuktikan, njenengan?”
BACA: Heboh Bocah Pemberani Pencegat Pengendara Motor di Trotoar!
Pujian Wali Kota ini belakangan malah memicu kritik lain. “Tidak sekadar kasih pujian. Aksi Daffa seharusnya membuat Pemkot Semarang introspeksi,” ujar Djoko Setijowarno, Selasa, 19 April 2016.
Aksi Daffa, kata dia, mendorong pemerintah mempercepat perbaikan kualitas dan kuantitas layanan transportasi umum. “Maraknya pengguna sepeda motor akibat mutu angkutan umum yang buruk dan tidak efisien,” tutur Djoko.
Selain itu, penjualan sepeda motor kini dilakukan secara masif, bahkan ditawarkan dari rumah ke rumah dengan harga miring. "Dampaknya sekarang, karena kapasitas jalan terbatas sementara jumlah kendaraan bermotor meningkat tajam, tingkat pelayanan jalan menghadapi titik jenuh," ucap Djoko.
Alhasil, trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki kerap diserobot pengendara sepeda motor. "Pemasangan patok di trotoar juga tidak bisa memecahkan masalah,” katanya.
EDI FAISOL
BERITA MENARIK
Mempercantik Bibir dengan Selotip Bening
SNSD Menangis di Panggung Phantasia Jakarta, Mengapa?