TEMPO.CO, Jakarta - Permukiman Pasar Ikan Luar Batang di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, digusur oleh pemerintah DKI Jakarta pada 11 April 2016. Seluruh bangunan di tempat itu sudah rata dengan tanah. Namun sebagian besar penduduk memilih tetap bertahan di sana. Paling tidak, itu yang dilihat Tempo saat mendatangi Pasar Ikan Luar Batang Selasa malam, 19 April.
Upi Yunita, relawan, yang juga penghuni di Pasar Ikan, mengatakan penduduk yang bertahan terkonsentrasi di tiga titik, yaitu tenda di dekat Pasar Ikan dan aula Masjid Jami' Keramat Luar Batang serta di perahu. Penduduk, yang saat ini tinggal di aula Masjid Keramat Luar Batang, jumlahnya sekitar 200 jiwa. Sementara itu, warga yang hidup di perahu berjumlah 36 keluarga. "Total, ada 385 orang di tiga posko, termasuk anak-anak," ucapnya.
Malam tadi, Upi mengumpulkan sejumlah anak di posko pengungsian. Dia mengajak mereka berdoa demi kebaikan semua penduduk yang tergusur. Terselip juga doa untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. "Semoga bisa menjadi gubernur kami yang baik," ucap Upi. Anak-anak membalas doanya, "Amin."
Menurut Upi, doa itu juga meminta supaya Ahok berpikir mengembalikan hak warga yang tergusur. "Doa anak-anak pasti mustajab," ujarnya.
Warga yang masih bertahan ini, kata dia, akan terus menunggu kepastian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Bagaimana nasib kami? Ketika semua sudah musnah, kami butuh tempat yang layak atau kompensasi dari bangunan yang sudah digusur," kata perempuan berusia 37 tahun ini.
Sejumlah keluarga menolak anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah susun sederhana sewa. Alasannya karena faktor keamanan. Sebab, mereka mendengar kabar, banyak begal di sekitar rumah susun Marunda, Cilincing. "Mayoritas adalah nelayan dan pedagang. Jadi jam 4 pagi sudah jalan," ujar Rafik, warga Kampung Akuarium. "Kalau pindah ke sana, mereka enggak berani."
REZKI ALVIONITASARI