TEMPO.CO, Jakarta - Hendri Satrio, juru bicara Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), menanggapi santai tudingan yang meragukan hasil survei Kedai Kopi soal elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Terserah saja, metodologi yang kami pakai, kan jelas," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin, 25 April 2016.
Tudingan survei abal-abal muncul dari para pendukung Ahok setelah dirilis hasil survey Populi Center yang ketiganya kalinya tentang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta dengan tema tema "Pilgub Jakarta: Rasionalitas Pemilih di Antara Skandal dan Kinerja" pada Senin, 25 April 2016. Elektabilitas Ahok pada survei Februari sebesar 49,5 persen, sedangkan pada April 50,8 persen.
Baca: Survei: Elektabilitas Ahok Naik Meski Dikaitkan dengan Banyak Kasus
Kedai Kopi dianggap tidak jelas dalam menggunakan data pembanding di survei yang menunjukkan penurunan elektabilitas Ahok yang dirilis pada Minggu lalu. Hasil survei menunjukkan elektabilitas Ahok pada Januari 2016 mencapai 43,25 persen. Pada Februari, elektabilitasnya naik menjadi 43,5 persen.
Pada Maret, elektabilitas Ahok meningkat tajam hingga 51,80 persen. Setelah pemanggilan oleh KPK, elektabilitas Ahok melorot menjadi 45,5 persen. Padahal Kedai Kopi mengaku terakhir kali melakukan survei elektabilitas Ahok pada Februari 2016. Padahal, Kedai Kopi belum pernah mempublikasikan hasil survei bulan Maret 2016.
Baca juga:
Tamara Bleszynski Bertemu Penjambaknya, Inilah yang Terjadi
Pamer Pacar Baru, Derby Romero: Aku Pria Paling Beruntung
Hendri menjelaskan, Kedai Kopi melakukan survei dengan mewawancarai 400 responden pada 18-21 April 2016. Para responden tersebut berasal dari 40 kelurahan di lima kota di DKI Jakarta. "Kami memilih sampel secara acak dengan metode sampel acak bertingkat. Wawancara juga dilakukan secara tatap muka," ucap Hendri.
Mengenai hasil survei Maret 2016, Hendri menjelaskan, tim survei mengolah data survei yang dipublikasikan di berbagai media. "Tim mencari data dari berbagai media sebagai pembanding di bulan Maret," ujarnya.
Soal independensi, Hendri menuturkan, Kedai Kopi membiayai sendiri setiap survei yang dilakukan. Pemilihan topiknya pun disesuaikan dengan isu yang tengah marak diperbincangkan.
INGE KLARA SAFITRI