TEMPO.CO, Jakarta - Wajah Sri Wahyuni pucat pasi. Perempuan berusia 50 tahun itu terkejut melihat api sudah membesar di rumahnya, Jalan Luar Batang nomor 38 RT 10/ RW 03, Penjaringan, Jakarta Utara. Rumah itu persis di sebelah kanan Mesjid Luar Batang.
Selasa kemarin, pengeras suara di mesjid baru saja mengumandangkan azan subuh saat api mulai berkobar. Api pertama kali dilihat oleh kakak Sri, yang pagi itu kebetulan bangun cepat. "Saat saya bangun, api sudah membesar," kata Sri saat dijumpai Tempo di depan puing rumahnya yang menghitam, Selasa pagi, 3 Mei 2016.
Sri, yang akrab dipanggil Wawa, tetap bersyukur. Tak ada korban jiwa dalam kebakaran itu. Putra bungsunya yang masih berusia 5 tahun tidak menginap di sana di malam nahas itu. Di tengah obrolannya bersama Tempo, putranya tiba-tiba berlari ke arah Sri. Ia mendekapnya. Air mata pun tumpah seketika.
Baca juga:
Yusril: Ahok Mau Bangun Borobudur di Luar Batang?
Penertiban Luar BAtang Sudah Direncanakan Sejak 2013
Rumah Sri merupakan rumah semi permanen berlantai dua. Rumahnya kecil. Lantai dasar rumah lebih rendah 50 sentimeter dari bahu jalan. Lantai dua hanya setinggi kepala orang dewasa. Saking sempitnya, tangga menuju lantai dua berada di luar rumah. Sri bersama suaminya, Muhamad Ali Hasyim, mengaku tinggal di Kampung Luar Batang sejak lahir.
Api pertama kali terlihat di lantai dua, bagian kanan dalam. Ruangan yang terbakar adalah kamar tidur, bukan dapur. Kebakaran itu membangkitkan kecurigaan keluarga Sri. "Kami sedang tidak masak apa-apa, kok," kata Ali. "Saya orang listrik, kalau korsleting, pasti apinya tidak langsung membesar," ujarnya.
Kawasan Luar Batang kini tengah memanas. Sepuluh hari belakangan, beredar kabar bahwa permukiman sekitar Mesjid Luar Batang akan digusur. Penggusuran ini disebut rentetan penggusuran di Pasar Ikan Luar Batang dua pekan lalu. Pasar ikan itu hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Mesjid Luar Batang. Kabar miring semakin berembus kencang. Mereka menduga ada yang sengaja membakar rumah Sri dan Ali.
Sekretaris Masjid Luar Batang Daeng Mansur Amin menegaskan kabar itu kepada Tempo. Bahkan, kata Mansur, warga sekitar mesjid melaporkan, sebelumnya ada yang mencoba membakar rumah penduduk. Mereka selalu gagal menangkap pelaku. “Sudah ada titik yang dijadikan percobaan pembakaran. Ini yang kelima, lalu kejadian (terbakar)," kata Mansur saat ditemui di masjid Keramat Luar Batang.
Padahal, kata Mansur, masyarakat selama ini terus berjaga siang dan malam. Pengamanan semakin diperketat sejak kunjungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berujung ricuh, pekan lalu. “Banyak juga yang meronda saat kebakaran. Tapi, yang namanya musibah, semuanya jadi serba tiba-tiba dan tak siap,” ujarnya.
Baca juga:
Penggusuran Pasar Ikan Luar Batang untuk Muluskan Proyek Garuda
Pemprov DKI akan Bangun Rusunawa di Sekitar Pasar Ikan Luar Batang
Musibah inilah yang tengah dihadapi Ali dan Sri. Ali terpaksa menahan sakit lebih lama. Pedagang ikan ini tidak punya uang untuk mengobati kakinya yang terkilir setelah melompat dari lantai dua ketika api melalap rumahnya. “Uang sudah habis semua kebawa (api)," kata Sri sambil memegang kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang gosong karena terbakar.
Selain kartu BPJS, anggota keluarga lain terlihat masih mengais puing, mencari sisa-sisa barang yang tak terbakar. Sri dan Ali hanya termenung sambil memperhatikan mereka. Warga yang lewat tak henti-henti mengucap belasungkawa kepada keduanya. Beberapa dari mereka menawarkan diri untuk menampung Sri dan keluarganya. Sri hanya menjawab, "terima kasih".
LARISSA HUDA