TEMPO.CO, Bandung - Humas Yayasan Margasatwa Tamansari selaku pengelola Kebun Binatang Bandung mengakui selama satu tahun ke belakang tidak memiliki dokter hewan.
"Dalam kondisi seperti ini memang kami akui bahwa sudah hampir satu tahun dokter tetap (Kebun Binatang Bandung) mengundurkan diri. Kami tidak bisa memaksa atau menahan mereka karena itu hak mereka," ujar Humas Yayasan Margasatwa Bandung Sudaryo, saat ditemui di Kebun Binatang Bandung, di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu, 11 Mei 2016.
Akibat tidak adanya tenaga dokter hewan, salah satu gajah Sumatera koleksi Kebun Binatang Bandung bernama Yani, tidak berdaya di atas jerami di belakang kandang gajah. Kondisinya sangat memprihatinkan.
Sehari sebelumnya ketika Tempo mengunjungi gajah Yani, melalui telepon selulernya Sudaryo mengatakan masih memiliki dokter hewan. "Bukan tidak berusaha mencari dokter. Sebab, tidak hanya sekadar dokter hewan semata. Ini satwa liar, harus khusus. Tidak gampang mencari dokter spesialis," katanya.
Untuk sementara ini, penanganan yang dilakukan pihak pengelola Kebun Binatang Bandung kepada gajah Yani adalah dengan cara konseling kepada ahli gajah tempat Yani berasal di Lampung.
"Kami tidak diam walaupun tidak ada dokter tetap, kami selalu kontak dengan dokter on call, bahkan ahli gajah dari Lampung kita komunikasi terus. Petunjuk-petunjuk yang diarahkan kita laksanakan," ucapnya.
Selain tidak bisa memprediksi jenis penyakit yang menyerang gajah Yani, Sudaryo juga tidak bisa menjamin gajah betina itu masih bisa hidup. "Saya tidak memprediksi urusan mati dan hidup, tapi saya pengelola tetap berbuat. Saya meminta jangan terlalu dibesarkan, satwa sakit di mana-mana juga ada, cuma memang kondisi kami yang jelas ini tidak seperti kebun binatang yang pengurusnya bermasalah," tandasnya.
PUTRA PRIMA PERDANA