TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Anies Baswedan menyampaikan belasungkawanya atas wafatnya tokoh pendidikan Indonesia, Siti Rahmani Rauf. Siti yang dikenal sebagai pencipta peraga struktur analitik sintesis bahasa Indonesia mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa, 10 Mei 2016 malam. "Beliau wafat meninggalkan aliran pahala yang besar," kata Anies di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu, 11 Mei 2016.
Alat peraga struktur analitik sintesis bahasa Indonesia yang diciptakan Siti lebih dikenal dengan sebutan "Ini Budi". Karya tersebut telah menjadi legenda dalam pendidikan Indonesia. "Beliau meninggalkan sidik jari yang menempel di puluhan juta anak Indonesia," kata Anies Baswedan memuji.
Kebaikan untuk Siti Rahmani yang meninggal pada usia 97 tahun ini, Anies mengatakan, adalah pahalanya akan terus mengalir. Sebagai seorang muslim, Anies yakni bahwa bila seseorang telah wafat, semua hal akan terputus terkecuali tiga hal, yaitu amal jariyah, doa anak yang saleh, dan ilmu yang bermanfaat.
Anies menambahkan, Siti Rahmani telah memberikan teladan bagi masyarakat tentang ilmu yang bermanfaat bagi berjuta-juta orang. Alat peraga tersebut populer pada era 1980-an. "Itu akan memberikan pahala tanpa henti," tuturnya.
Kabar meninggalnya Siti Rahmani disampaikan langsung oleh anak kandungnya, Karmeni Rauf. Lewat pesan pendek, ia mengabarkan bahwa ibundanya meninggal di rumahnya di Jalan Petamburan 1, Jakarta. "Mami saya adalah pembuat alat peraga dari buku paket yang dikeluarkan pemerintah," kata Kamerni Rauf, putri keempat Siti, saat ditemui di rumah duka.
Kamerni menjelaskan, tokoh "Budi" sejatinya telah ada dan tertera di buku paket tersebut.
Alat peraga yang dimaksud adalah gambar dan kumpulan kartu dalam bentuk kalimat. Gambar tersebut mengilustrasikan sebuah keluarga. "Ada gambar Budi, Bapak Budi, Ibu Budi, Kakak Budi, dan Adik Budi. Dibungkus di kotak berukuran 60 x 60 sentimeter, tebalnya sekitar 15 sentimeter. Itu satu paket," kata Kamerni.
Menurut Kamerni, alat peraga diciptakan ibunya setelah pensiun pada 1984. Alat itu dipakai di sekolah-sekolah selama 8 tahun. "Waktu itu alat peraga semacam itu belum banyak diciptakan, sehingga sangat membantu guru," kata Kamerni.
Kamerni menambahkan, ibunya merupakan sosok yang sangat mencintai pendidikan, sehingga ia menginginkan semua guru bisa maju. Lahir di Sumatera Barat, 5 Juni 1919, Siti Rahmani mengenyam pendidikan sekolah Belanda dan kemudian melanjutkannya di PGSLP Setia Budi Jakarta.
Mulai mengajar pada usia 19 tahun, jabatan terakhirnya adalah Kepala Sekolah SD Tanah Abang 5 Pagi. Pihak keluarga mengkonfirmasi bahwa Siti meninggal lantaran usia lanjut. "Memang ada penyakit gula, tapi Mami memang sudah bed rest sekitar 7 tahun."
AHMAD FAIZ | SELFY MOMONGAN