TEMPO.CO, Mataram - Sebanyak 50 pemandu wisata mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) kepemanduan Wisata Budaya dan Bahasa Arab di Mataram, Jumat, 13 Mei 2016. Peserta adalah mantan tenaga kerja yang pernah bekerja di Timur Tengah dan santri pondok pesantren di Lombok. Diklat ini baru pertama kali diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata sehubungan dengan pengembangan wisata berlabel halal.
Selama enam hari, selain materi dasar kepariwisataan karena sebagian belum resmi menjadi pemandu wisata, disajikan materi kebudayaan dan kesenian Lombok serta peraturan daerah (perda) Nusa Tenggara Barat tentang Pariwisata Halal. Para peserta juga akan mendapatkan materi pengenalan budaya dan adat istiadat Arab.
Menurut Asisten Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan Wisnu Bawa Tarunajaya, diklat ini baru pertama kali diselenggarakan. “Ini yang pertama untuk pemandu wisata halal,” kata Wisnu.
Salah seorang peserta adalah bekas TKI di Arab Saudi, Haji Abdurahman, 42 tahun, asal Pringgarata, Lombok Tengah. Selama lima tahun ia bekerja sebagai sopir membantu agen perjalanan YURI milik saudaranya di Narmada, Lombok Barat. “Setelah pulang dari Saudi, sudah ikut melayani wisatawan dari sana.”
Sedangkan Sadiq dari Bidy Tour, yang juga bisa berbahasa Arab karena banyak menangani wisatawan Timur Tengah, mengingatkan adanya keperluan tempat makan tertutup. “Perempuan asal Arab Saudi kan bercadar. Kalau makan harus membuka cadarnya,” kata Sadiq.
Wisata halal di Nusa Tenggara Barat ini memperoleh dua penghargaan di Abu Dhabi Uni Emirat Arab pada Oktober 2015. Dari perhelatan The World Halal Travel Summit & Exhibition (WHTSE) 2015, Model The Fastest Growing Tourism Sector, yang digelar 19-21 Oktober 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, ada tiga award yang sukses diraih. Salah satu penghargaan tersebut diterima Sofyan Hotel Betawi, Jakarta untuk World's Best Family Friendly Hotel. Adapun Lombok, Nusa Tenggara Barat memperoleh dua penghargaan sekaligus, yakni World's Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination.
Kala itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya di Jakarta mengatakan penghargaan ini cukup prestisius dan semakin memperkuat posisi Lombok sebagai tujuan wisata halal kelas dunia. Belanja pasar Timur Tengah, terutama Uni Emirat Arab, paling besar, yakni sekitar US$ 1.700 per kepala.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh. Faozal mengatakan wisata halal ini meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara hingga 30 persen. “Ini sesuai dengan kebutuhan turis muslim.”
Tahun 2016 ini target kunjungan wisatawan ke Nusa Tenggara Barat mencapai tiga juta orang, yang terdiri atas 50 persen wisatawan mancanegara dan 50 persen wisatawan Nusantara. Tahun 2015, angka kunjungan wisatawan telah mencapai lebih dari dua juta orang.
Selain mendukung promosi dengan menggelontorkan dana hingga Rp 1,5 miliar, Kementerian Pariwisata menanggung pembiayaan pencahayaan Islamic Center Nusa Tenggara Barat di Mataram hingga Rp 2,4 miliar. Faozal mengutip Arif Yahya, menyebutkan, pengadaannya sedang dilakukan pelelangan. “Satu unit lampu saja harganya Rp 80 juta.”
Lombok, Sumbawa disebutkan menjadi daerah terdepan dari tiga tujuan wisata halal di Indonesia, selain Sumatera Barat dan Aceh. Nusa Tenggara Barat sudah memiliki peraturan daerah yang merupakan inisiatif DPRD.
SUPRIYANTHO KHAFID