TEMPO.CO, Manila - Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, Ahad, 22 Mei 2016, menuding gereja Katolik, sebagaimana hampir semua institusi negara, bermuka dua alias hipokrit. Dia mengatakan siap berdebat dengan uskup senior Filipina atas berbagai kesalahan yang dilakukan sebelum menduduki kursi presiden bulan depan.
Pria 71 tahun ini menjadi pemenang dalam pemilihan umum yang digelar pada Senin, 9 Mei 2016, meskipun perhitungan suara oleh komisi pemilihan masih dalam proses. Namun sejumlah lembaga menyatakan dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya, termasuk tiga rival utamanya. Duterte akan dilantik sebagai presiden pada 30 Juni 2016.
Kendati kerap melontarkan komentar kontroversial, termasuk mengancam akan menjatuhkan hukuman mati terhadap para begundal, Duterte tetap mendapat dukungan untuk menjadi Presiden Filipina.
"Saya akan menyampaikan ceramah hingga 29 Juni 2016 mengenai dosa-dosa gereja Katolik, apakah lembaga ini masih relevan," ucapnya kepada wartawan di Kota Davao, tempat dia menjadi wali kota, Ahad kemarin. "Hampir semua lembaga bermuka dua itu adalah gereja Katolik."
Pernyataan keras Duterte itu bukan pertama kali disampaikan untuk gereja Katolik. Dia juga pernah mencaci-maki Paus Fransiskus saat melakukan lawatan ke Manila, ibu kota negara berpenduduk 80 persen Katolik. Filipina merupakan negara terbesar di Asia yang penduduknya beragama Katolik.
Tudingan pedas yang disampaikan Duterte pada Ahad kemarin itu ditujukan kepada para pemimpin gereja yang dinilai memperkaya diri dengan cara mengorbankan orang miskin. Duterte mengatakan uskup telah berkampanye melawan dia, tapi masyarakat berpihak kepada Duterte.
"Baiklah. Mari pemilihan umum ini kita jadikan sebuah referendum, memilih saya atau gereja," tuturnya.
Seorang juru bicara gereja Katolik setempat tidak bersedia memberikan komentar mengenai pernyataan Duterte yang dianggap kontroversial itu.
CHANNEL NEWS ASIA | CHOIRUL AMINUDDIN