TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berharap, Pemprov bisa membangun ruang terpadu ramah anak (RPTRA) di setiap rukun warga (RW). Tahun ini, pemerintah DKI menargetkan membangun 150 RPTRA. Jumlah tersebut akan bertambah menjadi 200 RPTRA tahun depan.
"Untuk sementara, DKI baru bisa membangun 131 RPTRA hingga akhir tahun ini," kata Ahok saat peresmian RPTRA Karang Anyar dan Pintu Air, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta, Selasa, 24 Mei 2016.
Hari ini, Ahok meresmikan RPTRA yang dibangun dengan dana corporate social responsibility (CSR) dari Agung Podomoro Land. RPTRA terletak tepat di bawah Stasiun Mangga Besar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Menurut Ahok, setiap 2.500 warganya idealnya memiliki satu RPTRA. Angka tersebut hampir setara dengan jumlah penduduk satu RW. Untuk memenuhi target tersebut, Ahok berujar, telah meminta kepada semua wali kota mencari lahan yang hendak digunakan untuk membangun RPTRA. "Setiap wali kota bisa membeli lahan dari warga yang bersedia menjualnya," tutur Ahok.
Sejatinya, Ahok berujar, pembangunan RPTRA mengacu pepatah Tiongkok yang menyebutkan, setiap kepala keluarga memiliki kitabnya masing-masing yang tidak bisa diterjemahkan oleh orang lain. Dengan RPTRA, Ahok berharap, orang bisa tahu keluh kesah orang-orang di sekelilingnya sehingga bisa saling membantu.
Selama ini, menurut Ahok, di kota-kota besar, khususnya di Jakarta, banyak warga yang tidak saling kenal. Hal ini menyebabkan satu warga dan warga lainnya tidak saling peduli. "Adanya RPTRA ini (bertujuan) supaya ada tempat saat pagi-sore orang bisa kumpul. Dengan begitu mereka saling kenal untuk berbagi apa yang dibutuhkan," ucapnya.
Kemudian, Ahok meminta seluruh warga lebih komunikatif dengan lurah dan camatnya saat ada masalah supaya pemerintah bisa segera menanganinya. "Lurah itu seperti orang tua, bukan hanya manajer. Dia harus tahu siapa yang saja butuh pertolongan," kata Ahok.
LARISSA HUDA