Menjelang Ramadan, Harga Komoditas Naik di Yogyakarta

Pedagang merapihkan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, 1 Februari 2016. Menurut Badan Pusat Statistuk Nasional inflasi Januari 2016 sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan menjadi komponen pembentuk inflasi tertinggi pada Januari yaitu 2,2 persen. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Pedagang merapihkan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, 1 Februari 2016. Menurut Badan Pusat Statistuk Nasional inflasi Januari 2016 sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan menjadi komponen pembentuk inflasi tertinggi pada Januari yaitu 2,2 persen. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.COYogyakarta - Harga sejumlah komoditas di pasar tradisional di Yogyakarta mulai naik menjelang Ramadan 2016. Di Pasar Bantul, harga beras naik Rp 500 per kilogram, sedangkan harga bawang merah menjadi Rp 40 ribu per kg dan daging ayam ras Rp 28 ribu kg. 

Pedagang beras di Pasar Bantul, Nani, mengatakan harga mulai naik sedikit demi sedikit sejak sepekan lalu. Beras kualitas IR64, misalnya, naik dari Rp 8.000 menjadi Rp 8.500 per kg. "Beras panenan petani sudah mulai habis. Puasa setiap tahun membuat semua harga bahan kebutuhan pokok naik," katanya, Kamis, 26 Mei 2016. 

Di tingkat petani, harga bawang merah saat ini Rp 25 ribu per kg untuk ukuran kecil dan Rp 30 ribu untuk ukuran besar. Pedagang biasanya menjual dengan harga yang lebih tinggi untuk ongkos transportasi angkut bawang dari petani dan tenaga pengangkut. 

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bantul Suroto mengatakan petani saat ini menikmati harga bawang merah yang bagus. Harga bawang Rp 30-40 ribu per kg menguntungkan petani. Dia menghitung harga bibit bawang merah belum juga turun, yakni Rp 40 ribu. Benih bawang merah didatangkan dari Jawa Timur dan Brebes, Jawa Tengah. Kebutuhan bibit bawang merah di Yogyakarta rata-rata 1 ton per hektare. Sedangkan total luas lahan bawang merah di Bantul 200 hektare.

Menurut Suroto, untuk 1 hektare lahan bawang merah setidaknya perlu biaya produksi Rp 90 juta. Selain harga benih yang masih mahal, ongkos tenaga kerja di sawah sekarang tinggi. "Bagi petani, yang penting pemerintah tidak impor. Harga sekarang itu bagus," katanya. 

Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memantau secara intensif harga komoditas pokok untuk mengantisipasi tekanan inflasi menjelang Ramadan dan Lebaran 2016. 

Sultan mengatakan tim harus memastikan pasokan daging sapi di tingkat peternak yang menjadi sumber pemasok. Selain itu, Sultan meminta tim bekerja memaksimalkan pusat informasi harga pangan strategis sebagai basis data. Sebab, minimnya informasi tentang harga pangan strategis menyebabkan gejolak harga. “Masyarakat perlu informasi harga pangan secara transparan,” ucapnya. 

Menurut Sultan, DIY punya pilihan yang problematik ihwal bahan pokok. Di satu sisi, harga cabai dan bawang merah yang tinggi di kawasan pantai selatan membuat petani menikmatinya. Tapi, di sisi lain, kenaikan harga cabai dan bawang merah itu menyumbang inflasi.

Tim pengendali inflasi, kata Sultan, perlu mencari solusi terbaik yang bisa mengakomodasi semua kalangan. Pengendalian inflasi penting bagi kalangan miskin karena inflasi yang tinggi menunjukkan merosotnya daya beli masyarakat. 

SHINTA MAHARANI