TEMPO.CO, BANDUNG - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil termasuk orang yang akan sibuk dalam mengelar acara Peringatan Hari Pancasila, 1 Juni 2016, Rabu esok. Bicara soal Ideologi negara, Ridwan mengaku telah membuat beberapa program yang menerjemahkan dasar negara Indonesia tersebut.
Ridwan menuturkan, tantangan Indonesia masa kini bukan soal menghapal Pancasila -- meski sering juga ditemukan banyak warga Indonesia yang masih belum hafal Pancasila.
"Menerjemahkan Pancasila menjadi sesuatu kekinian relevan, itu yang disebut tantangan," kata Ridwan Kamil saat ditemui seusai gelaran Bicara Buku dengan tema Pancasila Sebagai Kekuatan Pembebas di Gedung Merdeka, Jalan Sukarno, Kota Bandung, Senin, 30 Mei 2016.
Namun Ridwan Kamil punya cara. Misalnya menterjemahkan sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, menurut Ridwan Kamil, bisa diterjemahkan dengan menguatkan kesolehan masyarakat. " Di Bandung ada maghrib mengaji untuk anak-anak. Jadi setiap maghrib anak-anak tidak keluyuran, tapi belajar mengaji," jelasnya.
Kemudian, Ridwan Kamil mengklaim membuat program yang menghubungkan sila kedua dan sila pertama Pancasila dengan program Ayo Bayar Zakat.
"Karena kalau warga Bandung semua bayar zakat, kemiskinan bisa hilang oleh masyarakat dengan sendirinya," kata Ridwan.
Ridwan Kamil juga mengklaim telah menerjemahkan Persatuan Indonesia.
"Demokrasi tidak melulu formal, kalau di Bandung, ada Dewan Smart City untuk orang-orang pinter teknologi. Ada dewan budaya, dewan lingkungan dan lain-lain. Untuk menunjukan masyarakat perlu saluran baik formal maupun informal," bebernya.
Ridwan Kamil berharap, program-program terjemahan dari Pancasila bisa diadopsi dan diduplikasi pula oleh pemerintah daerah lainnya.
"Terjemahan itu yang kita harapkan hadir di seluruh Kota Kabupaten di Indonesia sehingga pancasila itu relevan. Bahwa kita itu punya identitas," tandasnya.
PUTRA PRIMA PERDANA