TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengaku tertarik mengembangkan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia. Apalagi investasi energi ini dianggap lebih murah dan sukses digunakan beberapa negara. "Tapi, belum. Itu kan urusan politik ya," kata Sofyan di kantornya, Jakarta, Senin, 30 Mei 2016.
Pembangkit listrik tenaga nuklir mulai digunakan di Eropa sejak 60 tahun lalu. Industri PLTN juga berjaya di Amerika karena biayanya yang murah.
Sofyan ingin Indonesia segera menggunakan teknologi serupa untuk memenuhi target 23 persen penggunaan energi terbarukan dari total penggunaan energi Indonesia pada 2025. "Wajib dong, kalau tidak nanti membuat energi listrik jadi mahal," katanya.
Sebanyak 23 investor dari Amerika, Cina, Rusia, dan Prancis telah menawarkan pengembangan teknologi ini ke PLN. "Semua negara menawarkan," kata Sofyan. Sayangnya, teknologi nuklir menjadi pilihan terakhir pemerintah.
Oleh sebab itu, Sofyan tidak memasukkan rencana ini dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2025. Kebijakan politik menjadi kunci.
PUTRI ADITYOWATI