TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi menerapkan kebijakan berbeda soal libur sekolah di bulan Ramadan. "Selama bulan puasa, anak-anak sekolah di Purwakarta libur total," kata Dedi ketika dihubungi Tempo, Rabu pagi, 1 Juni 2016.
Masa libur terhitung dari hari pertama hingga hari ke-30 Ramadan ditambah sepekan pasca-Lebaran. Kebijakan libur puasa tersebut berlaku untuk semua tingkatan sekolah, mulai SD hingga SMA dan sederajat.
"Surat edarannya sudah saya teken, Senin, 30 Mei 2016, dan sudah mulai disosialisasikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga," Dedi menjelaskan. Ia mengungkapkan alasannya menetapkan kebijakan itu. "Tujuannya supaya para pelajar fokus pada persoalan ibadah saja."
Selain itu, Dedi mengungkapkan, seusai mengikuti Ujian Kenaikan Kelas (UKK), para pelajar sudah tidak beraktivitas lagi. Sehingga, jika selama bulan puasa mereka libur, dipastikan tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM).
Liburan sekolah bukan berarti para pelajar berhenti beraktivitas di bulan puasa. Selama liburan puasa tersebut, mereka diwajibkan mengikuti kegiatan keagamaan. "Misalnya, mengikuti pengajian selepas salat Subuh dan pesantren kilat," tuturnya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta Rasmita Nunung Sanusi mengatakan sudah mensosialisasikan surat edaran Bupati ihwal kebijakan liburan selama bulan puasa tersebut ke semua sekolah. "Jadi, pas bulan puasa datang, tinggal merealisasikannya saja," ujarnya.
Baca Juga:
Walaupun sekolah libur, menurut Rasmita, para guru dan kepala sekolah tetap mendapat tugas untuk mengawasi anak-anak didiknya dengan memberi tugas kegiatan keagamaan untuk dikerjakan pada waktu libur. "Pasca-Lebaran, buku kegiatan siswa tersebut diserahkan ke gurunya masing-masing untuk diberikan penilaian," kata Rasmita. Ia optimistis kegiatan yang diikuti para siswa selama bulan puasa akan berdampak positif.
Tatang, orang tua wali siswa sebuah SMAN di Purwakarta, menilai kebijakan Dedi sebagai hadiah yang indah buat para siswa jika bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebab, anak-anak akan lebih banyak memiliki waktu dan fokus belajar agama, juga dapat berkumpul setiap saat dengan orang tuanya. "Kebijakan ini persis sama dengan ketika Presiden Indonesia dijabat KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur," ujarnya.
NANANG SUTISNA