TEMPO.CO, San Francisco - Perusahaan startup Uber pada Rabu, 1 Juni 2016, mengumumkan telah mendapatkan US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 47 triliun dari Dana Investasi Publik Arab Saudi, lembaga investasi kerajaan. Kucuran dana itu sekaligus menjadi salah investasi terbesar yang pernah dilakukan pada sebuah startup.
Dana itu merupakan bagian dari putaran pembiayaan terbaru yang menetapkan harga Uber senilai US$ 62,5 miliar atau sekitar Rp 851 triliun. Investasi itu pun tidak menghilangkan nilai investasi para investor Uber yang ada saat ini.
Uber, yang telah melihat Timur Tengah sebagai daerah penting dalam ekspansinya, mengatakan investasi itu selaras dengan rencana Arab Saudi mengubah ekonominya, mengurangi ketergantungan pada minyak, dan meningkatkan lapangan kerja.
Sampai saat ini, Arab Saudi belum dikenal untuk investasi modal ventura, meskipun beberapa anggota keluarga kerajaan telah membuat beberapa penawaran. Pangeran Alwaleed bin Talal, misalnya, telah berinvestasi di Lyft, pesaing Uber.
"Kami menghargai keyakinan terhadap bisnis kami di mana kami terus memperluas kehadiran global kami," ujar Travis Kalanick, salah satu pendiri dan CEO Uber, dalam sebuah pernyataan.
"Pengalaman kami di Arab Saudi adalah contoh yang bagus tentang bagaimana Uber bisa memberikan keuntungan kepada penumpang, sopir, dan kota-kota. Kami berharap dapat bermitra untuk mendukung reformasi ekonomi dan sosial mereka."
Investasi itu tercipta setelah David Plouffe, anggota Dewan Uber, melakukan perjalanan ke Timur Tengah pada Maret lalu dan diundang lembaga dana Saudi itu untuk memberi pemaparan. Diskusi memanas setelah itu, yang berpuncak pada kesepakatan.
Uber, yang merupakan bisnis swasta Silicon Valley yang paling mahal, telah mengumpulkan lebih dari US$ 11 miliar atau sekitar Rp 149 triliun dari investor sejak awal. Perusahaan telah merumuskan penggalangan dana pribadi, menarik ratusan juta dolar uang tunai dengan pesat, sekali setiap enam bulan atau lebih, untuk mendorong operasinya secara global.
Uber telah menarik modal dari berbagai investor, termasuk perusahaan modal ventura tradisional, raksasa reksa dana seperti BlackRock, serta klien kaya dari perusahaan seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley. Dana lain, seperti dari Qatar, juga diinvestasikan.
THE NEW YORK TIMES | ERWIN Z.