TEMPO.CO, Jakarta - Microsoft, perusahaan waralaba Amerika Serikat, telah merilis daftar negara Asia-Pasifik yang paling rentan terhadap malware komputer, program, atau file yang berbahaya dan dapat merusak komputer. Indonesia ada di daftar tersebut.
"Dari lima lokasi di seluruh dunia yang paling berisiko terinfeksi malware, total empatnya berasal dari Asia-Pasifik, Pakistan, Indonesia, Bangladesh, dan Nepal," kata Microsoft, seperti dikutip dari laman Asian Correspondent, Selasa, 7 Juni 2016.
Gamarue, Skeeyah, dan Peals diidentifikasi sebagai tiga program malware yang ditemui di Asia-Pasifik, yang dirancang untuk menyebabkan kerusakan pada komputer, server, atau jaringan komputer. Malware itu dapat mengambil bentuk baik sebagai virus komputer atau spyware.
Direktur Microsoft Asia IP & Digital Crimes Unit Regional Keshav Dhakad mengatakan dibutuhkan rata-rata 200 hari untuk negara mengetahui mereka menjadi korban serangan cyber.
Microsoft telah menyarankan tiga hal dalam rangka mengatasi serangan malware, yakni menggunakan perangkat lunak asli dan dapat diperbarui, memiliki kebijakan internal kuat tentang IT, serta telah memiliki solusi anti-malware tepercaya.
Bing, mesin pencari Microsoft, menempatkan malware sebagai sesuatu yang membingungkan. Sebagai perangkat lunak berbahaya, malware diyakini sebagai program yang melakukan tindakan merusak pada komputer, seperti mencuri informasi pribadi.
"Beberapa malware dapat mencuri rincian perbankan Anda, mengunci PC Anda hingga Anda membayar tebusan, atau menggunakan PC Anda untuk mengirim spam. Virus, worm, dan Trojan adalah semua jenis malware," demikian deskripsi Bing.
ASIAN CORRESPONDENT | MECHOS DE LAROCHA