TEMPO.CO, Orlando - Omar Mateen, 29 tahun, pria bersenjata yang melepaskan tembakan di dalam sebuah klub malam yang menewaskan 50 orang dan melukai 53 orang di Orlando, Florida, Amerika Serikat, Minggu, 12 Juni 2016, telah bersumpah setia kepada ISIS sebelum melakukan penembakan.
Hal ini diketahui dari aparat penegak hukum di Amerika yang mengatakan bahwa pria itu menghubungi 911 dan mengatakan bahwa dia berjanji setia kepada pemimpin ISIS. Dalam sambungan telepon itu, Mateen membuat referensi pada peristiwa pengeboman Boston Marathon 2013.
Mateen juga diketahui pernah diinvestigasi FBI pada 2014, tapi apa yang memicu penyelidikan itu dan apa cakupan penyelidikan belum jelas. Adapun penyelidikan berhenti dilakukan pada tahun yang sama.
Kepala Kepolisian Orlando John Mina mengatakan penembakan sangat terorganisasi dan penuh persiapan. Dalam pesan pada Minggu, ISIS muncul dan mengambil kredit atas serangan itu, tapi belum jelas apakah Omar Mateen memiliki koneksi dengan ISIS.
Omar Mateen berasal dari Fort Pierce, sekitar 120 mil sebelah tenggara Orlando, tempat di mana Moner Mohammad Abusalha, orang Amerika pertama yang melakukan serangan bunuh diri di Suriah, pernah tinggal. Dia diketahui dilatih sebagai penjaga keamanan. Pihak berwajib telah berbicara dengan keluarga Mateen dan ada indikasi dia merupakan seorang yang anti-gay.
Otoritas Orlando menganggap ini sebagai kekerasan aksi teror domestik. FBI ikut dalam penyelidikan. Adapun penyelidik mengeksplorasi semua sudut pandang. “Mereka menyatakan bahwa individu memiliki kecenderungan terhadap (terorisme Islam), tapi sekarang kami tidak bisa mengatakan dengan pasti,” kata Ron Hopper, asisten agen khusus FBI yang bertugas di biro Orlando.
BBC | WASHINGTON POST | DIKO OKTARA