TEMPO.CO, Probolinggo - Ahli mamalia laut yang juga seorang peneliti konservasi kelautan dari Whale Strandings Indonesia, Putu Liza, mengatakan ada banyak penyebab umum mengapa puluhan paus pilot terdampar di pantai. Menurut koordinator LSM ini, penyebabnya bisa faktor umur tua (natural), disorientasi, alat sonar buatan manusia, dan sakit. "Internal bleeding juga bisa karena sonar," kata Liza, yang saat dihubungi sedang berada di Australia, melalui pesan WhatsApp, Kamis siang, 16 Juni 2016.
Untuk mengetahui penyebab kematian paus pilot diperlukan nekropsi. Sebagai ilmuwan, Liza tidak bisa menjelaskan penyebab kematian paus secara pasti tanpa meneliti dulu. Namun, kata Liza, bisa dijelaskan secara umum. "Karena ada bedanya antara penyebab kematian (cause of death) dan circumstances of death," katanya.
Liza mencontohkan, cause of death atau penyebab kematian itu, jika di serial CSI, misalnya, karena kehabisan darah. "Maksudnya pendarahan langsung sehingga darah yang keluar terlalu banyak. Ini berlaku pada binatang atau manusia," katanya. Sedangkan untuk circumstances of death, misalnya, karena ditusuk waktu berkelahi. "Atau dalam kasus cetaceans, penyebab kematian karena pendarahan."
Adapun circumstances of death lain bisa karena ketika tersangkut jaring (entangled), paus bisa dilepaskan dengan dipotong siripnya. Contoh lainnya, penyebab kematian karena habis udara. Dan circumstances of death karena terjaring sehingga tidak bisa mengambil napas. Ihwal risiko kemasukan air, cetaceans dapat menutup tenggorokan mereka sehingga tidak 'tenggelam' (air masuk ke paru-paru). Jadi, kalau cetaceans terjerat jaring, atau dalam hal seperti kejadian di Probolinggo, posisi miring setengah terbenam di air, mereka bisa menutup tenggorokan. Namun mereka juga bisa mati karena kehabisan napas. "Bukan karena tenggelam," katanya.
Mengapa mereka sampai terdampar? "Itu circumstances of death yang perlu dilihat," ujar Liza.
Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah gelombang tinggi Laut Selatan, dan Liza mengatakan itu bisa saja terjadi. "Bisa saja, tapi tanpa penyelidikan lebih dalam, saya tidak bisa kasih jawaban definitif," katanya.
Sepengetahuan Liza, paus pilot juga terlihat di Pantai Lovina, Bali Utara. Bahkan, pada 22 Mei 2004, pernah ada 50 paus pilot terdampar di Banyuwangi. "All but one was saved," ujarnya. Artinya, masih memungkinkan Pantai Utara Jawa merupakan bagian dari rute migrasi spesies ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Rabu siang kemarin, 32 paus pilot terdampar di Pantai Randupitu, Desa Pesisir, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Dari 32 paut tersebut, 10 di antaranya mati dan 22 bisa kembali ke laut.
DAVID PRIYASIDHARTA