TEMPO.CO, Jakarta - Penurunan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin diyakini mampu menggairahkan dunia usaha nasional serta mendorong aliran investasi domestik dan asing ke sektor riil.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) akan mengurangi biaya modal, terutama dari pos beban bunga pinjaman. Artinya, ongkos usaha pada sektor riil akan menyusut, sementara keuntungan mampu naik lebih tinggi.
“Artinya, diharapkan bahwa dunia usaha akan lebih bergairah karena ongkos pada bidang modal menurun,” ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jumat, 17 Juni 2016.
Dia menggambarkan, selama ini tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) proyek di Indonesia sulit mencapai angka ideal 12-14 persen karena beban dari level bunga pinjaman yang menjulang. “Kalau bunga rendah, harga pokok bisa turun. Kami harapkan supaya orang mau investasi daripada deposito di bank saja,” katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,5 persen. Deposit facility juga turun 25 basis poin menjadi 4,5 persen dan lending facility turun 25 basis poin menjadi 7 persen berlaku mulai 17 Juni 2016.
Adapun BI 7-day Repo Rate mengalami penurunan yang sama 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Dengan begitu, term structure operasi moneter BI untuk tujuh hari sebesar 5,25 persen, dua minggu sebesar 5,45 persen, satu bulan sebesar 5,7 persen, tiga bulan sebesar 6,10 persen, enam bulan 6,30 persen, sembilan bulan 6,4 persen, dan 12 bulan 6,50 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BIÂ Tirta Sagara mengatakan pemulihan ekonomi global berlangsung lambat dan tidak merata. Risiko pasar keuangan global sedikit mereda karena ekonomi Amerika Serikat belum terlalu menguat, di antaranya disebabkan investasi non-residensial yang masih lambat.
BI Rate Turun, JK: Dunia Usaha Harus Lebih Bergairah
Editor
Sabtu, 18 Juni 2016 05:00 WIB