TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Chris Kanter mengatakan hasil referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa tak berdampak langsung terhadap Indonesia. Namun hasil tersebut mengancam perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa (UE).
Chris mengatakan Indonesia baru saja menginisiasi perjanjian Closer Economic Partnership Arrangement (CEPA) dengan Uni Eropa. "Dengan adanya Brexit, negosiasi pasti akan sulit," kata Chris di Gado-gado Boplo, Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2016.
Menurut Chris, negara UE pasti akan berhati-hati setelah kejadian tersebut. Perjanjian yang awalnya ditargetkan rampung 1-2 tahun, Chris memprediksi, tak akan tercapai. "Mungkin 4-5 tahun baru bisa terlaksana," kata dia.
Chris mengatakan CEPA sangat penting untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Sebab, selama ini ekspor terhambat oleh banyaknya regulasi. Dengan CEPA, ekspor Indonesia diharapkan lebih mudah masuk.
Meski mengancam perjanjian perdagangan, Chris mengatakan Inggris bisa menjadi pasar tersendiri bagi Indonesia setelah keluar dari UE. Indonesia harus segera memanfaatkan momentum tersebut. "Inggris pasti haus mencari pasar baru," kata Chris
Chris mengatakan pasar ekspor Inggris sebesar 65 persen berada di negara-negara Uni Eropa. Menurut dia, Inggris akan kehilangan pasar setelah keluar dari Uni Eropa. "Mereka pasti butuh outlet baru," kata dia.
VINDRY FLORENTIN