TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) berhasil mencetak pendapatan usaha pada triwulan I 2016 Rp 53,731 triliun. Angka ini naik tipis dibanding pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 51,084 triliun.
"Angka ini dipengaruhi penjualan listrik yang memang naik cukup bagus dan sejumlah efisiensi," ujar Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto saat pemaparan kinerja perusahaan di kantor pusat PLN, Rabu, 29 Juni 2016.
Penjualan listrik pada triwulan I tumbuh 8,14 persen secara tahunan sebesar 51,96 terrawatt-hour (TWh). Pada triwulan I 2015 penjualan mencapai 48,05 TWh. Perusahaan juga tengah menekan angka susut jaringan ke angka 9,6 persen sepanjang Januari-Maret 2016.
Penghematan lain diperoleh dari penyusutan penggunaan bahan bakar minyak sebesar 1,1 juta kiloliter. Angka ini turun 0,3 juta kiloliter dibanding triwulan I 2015. Alhasil, biaya pengadaan BBM turun dari Rp 9,9 triliun ke Rp 4,9 triliun.
Efisiensi menghasilkan penghematan penggunaan subsidi sebesar Rp 12,4 triliun dibanding triwulan I 2015 sebesar Rp 13,2 triliun. "Kami berhasil menghemat subsidi sampai Maret sebesar Rp 747 miliar," ujar Sarwono.
Meski begitu, biaya operasional PLN pada triwulan I 2016 naik menjadi Rp 32,0 dari Rp 26,1 triliun. Angka ini naik lantaran sejumlah faktor, seperti peningkatan rata-rata harga acuan minyak nasional (ICP).
Kinerja triwulan pertama tahun ini berbuah manis. PLN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 5 triliun. Adapun pada periode yang sama tahun sebelumnya, Perseroan merugi Rp 860 miliar.
ROBBY IRFANY