TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah saksi mengatakan para sandera diminta membacakan ayat-ayat Al-Quran. Mereka yang lolos dibiarkan makan, sedangkan mereka yang gagal disiksa dan dibunuh. Drama penyanderaan selama sepuluh jam itu menyebabkan sedikitnya 28 orang tewas, termasuk keenam pelaku, 20 sandera, dan dua polisi.
Sebagian besar korban adalah warga negara asing. Polisi menyatakan satu orang ditahan.
Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kafe Holey Artisan Bakery, Gulshan, Dhaka, Jumat, 1 Juli 2016, itu. Namun pemerintah Bangladesh belum berkomentar soal klaim tersebut.
Penyerang yang menyerbu kafe yang sedang dipenuhi puluhan warga asing dan Bangladesh berteriak "Allahu Akbar!". “Awalnya mereka menembakkan peluru kosong, memerintahkan staf restoran mematikan lampu, lalu menutup kamera keamanan dengan kain hitam,” kata saksi seperti dilaporkan stasiun televisi lokal ATN News.
Para penyintas berhasil selamat dengan kabur melalui atap atau pintu belakang. Sedangkan 35 lainnya terjebak di dalam. Nasib mereka bergantung pada apakah mereka bisa membuktikan diri sebagai muslim.
"Para pria bersenjata menanyakan siapa saja yang bisa membaca Al-Quran," kata Rezaul Karim, ayah Hasnat, seorang pengusaha Bangladesh yang berhasil selamat bersama keluarganya, Sabtu pagi, 2 Juli 2016. "Mereka yang bisa membaca Quran dipisahkan. Mereka bahkan diberi makan. Lainnya disiksa."
Belum jelas apa motif serangan ini. Aparat Bangladesh tidak menyebutkan apakah para pelaku memiliki permohonan.
Dari 20 sandera yang tewas, terdapat sembilan warga Italia, tujuh Jepang, tiga Bangladesh, dan seorang warga India. "Semua sandera tewas semalam. Teroris menggunakan senjata tajam untuk membunuh mereka secara brutal," ujar Brigadir Jenderal Nayeem Ashfaq Chowdhury dalam konferensi Sabtu malam.
Dua polisi Bangladesh tewas akibat luka-luka saat baku tembak dengan penyerang pada Jumat malam.
Di New Delhi, Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj mengatakan, "Sangat menyedihkan untuk memberi tahu bahwa teroris telah membunuh Tarushi, seorang gadis India yang disandera dalam serangan teror di Dhaka."
Tarushi Jain, 18 tahun, sedang berlibur. Mahasiswi University of California, Berkeley, itu berada di Dhaka untuk mengunjungi ayahnya, pengusaha garmen di Bangladesh selama 15-20 tahun.
“Seorang warga negara India, seorang dokter yang bisa berbahasa Bengali dan mengaku sebagai warga Bangladesh, berhasil dibebaskan,” tutur sumber pemerintah yang tidak mau disebutkan namanya.
Pasukan paramiliter yang menyerbu kafe berhasil membebaskan 13 sandera, termasuk seorang warga Argentina, dua warga Sri Lanka, dan dua warga Bangladesh. Seorang warga Jepang yang disandera juga berhasil diselamatkan, tapi ia terkena tembak.
ASSOCIATED PRESS | BREITBART | METRO.UK | NATALIA SANTI