TEMPO.CO, Nice - Kelompok militan ISIS menyatakan bertanggung jawab atas teror keji di Kota Nice, Prancis, pada Kamis lalu, yang menewaskan 84 orang dan lebih 200 orang terluka.
Dalam pernyataannya hari ini, ISIS, melalui medianya bernama Amaq, mengklaim sopir truk tronton yang menyeruduk kerumunan warga yang sedang merayakan hari kemerdekaan Prancis Bastille Day di kawasan Promenade des Anglais, tepi pantai laut Mediterania, adalah prajurit ISIS.
"Dia menjalankan operasi itu dengan sasaran orang-orang dari berbagai negara yang menentang ISIS," ujar ISIS dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Guardian, Sabtu, 16 Juli 2016.
Mohamed Lahouaiej Bouhlel, 31 tahun, berdarah Prancis-Tunisia, merupakan sopir truk tronton seberat 19 ton. Ia diketahui tinggal di Kota Riviera.
Klaim ISIS ini terjadi sekitar 36 jam setelah aksi teror di Nice terjadi. Namun aparat penegak hukum Prancis tak menemukan bukti yang mendukung Bouhlel melakukan tindakan kejinya itu atas nama ISIS.
"Sepenuhnya tidak diketahui oleh aparat intelijen dan tidak pernah ditandai radikalisasi," ujar Francois Molins, aparat jaksa penyidik Prancis.
Namun Presiden Prancis Francois Hollande sempat berujar bahwa Prancis menghadapi ancaman terorisme dari kaum Islam.
Dari teror di Nice, lima orang telah ditangkap. Satu di antaranya ditangkap keesokan harinya, tiga orang tadi pagi, dan istri Bouhlel ditempatkan di tahanan khusus.
GUARDIAN | MARIA RITA