TEMPO.CO, Jakarta - Aplikasi permainan berbasis augmented reality, Pokemon GO, telah menarik perhatian masyarakat di Indonesia. Permainan yang memanfaatkan global positioning system dan kamera ini tercatat sudah diunduh dan dimainkan jutaan orang, termasuk anak-anak.
Menanggapi fenomena ini, Menteri Anies Baswedan mengatakan pihaknya tengah berkomunikasi dengan pihak Pokemon GO untuk mengarahkan permainan ini menjadi bagian dari pembelajaran.
"Permainan ini di satu sisi memberi kesempatan anak untuk bermain dan bergerak. Tapi, di sisi lain, jika pergerakannya tidak terkontrol, bisa membahayakan," ucapnya saat ditemui di car-free day, Jakarta, Ahad, 17 Juli 2016.
Menurut Anies, permainan Pokemon Go ini mirip dengan kebiasaan bermain layang-layang pada zamannya yang berakhir dengan mengejar layangan putus. "Kalau ada layang-layang putus, kami sering lupa ada sepeda motor, ada kendaraan, akhirnya tertabrak. Kejadian seperti itu harus dicegah," ujarnya.
Karena itu, Anies berharap permainan ini ke depan bisa membantu pembelajaran anak. Caranya, menempatkan Pokemon tersebut di museum, galeri, atau tempat wisata yang mendidik. "Kalau di kuburan, di mana pembelajarannya?" tuturnya.
Anies pun tidak membantah bahwa anak keduanya, Mikail Azizi Baswedan, turut memainkan permainan ini. Namun ia pribadi tidak memainkannya. "Saya hanya lihat. Kemarin anak saya cerita malam-malam ke masjid untuk tangkap Pokemon," katanya.
INGE KLARA SAFITRI