TEMPO.CO, Probolinggo - Belasan pemuda dan pemudi warga suku Tengger bakal memainkan sebuah tarian sakral Roro Anteng dan Joko Seger dalam resepsi Yadnya Kasada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Rabu malam ini, 20 Juli 2016. Tarian Roro Anteng dan Joko Seger tak luput untuk selalu dimainkan dalam ritual peringatan Kasada setiap tahun.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto mengatakan puncak peringatan Yadnya Kasada 2016 di Bromo ini berlangsung sejak Rabu malam, 20 Juli, hingga Kamis pagi, 21 Juli. "Yang merayakan resepsi Yadnya Kasada malam ini adalah masyarakat Tengger," katanya.
Dalam resepsi nanti, ada pengukuhan warga kehormatan suku Tengger. Rencananya, tiga orang yang akan dikukuhkan sebagai warga kehormatan adalah kepala kepolisian resor, kepala kejaksaan negeri, dan ketua pengadilan negeri. Dalam rangkaian acara resepsi pada Rabu malam ini, akan disuguhkan sebuah tari-tarian yang bagi warga Tengger merupakan tarian sakral, Roro Anteng dan Joko Seger. Sejumlah alat musik tradisional akan dimainkan untuk mengiringi tarian tersebut.
Resepsi digelar sekitar pukul 19.00 WIB. Dalam resepsi Yadnya Kasada ini, juga dilakukan pengukuhan seorang dukun Tengger. Anung mengatakan kemasan tariannya tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. "Perbaikan tampilan jelas ada kendati tidak bisa lepas dari pakem orang sana. Ada belasan penari, warga Tengger, anak-anak muda-mudi," tuturnya.
Puncak acara tersebut dilaksanakan pada Rabu tengah malam atau Kamis dinihari, yakni ketika warga Tengger berduyun-duyun mengarak dan melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo. Ritual tersebut dilakukan hingga Kamis pagi. Roro Anteng dan Joko Seger merupakan legenda warga Tengger. Nama “Tengger” sendiri, konon, diambil dari penggalan nama dua legenda warga sekitar Bromo ini.
Kawasan Gunung Bromo berada di tengah-tengah perbatasan wilayah empat kabupaten, yakni Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Ada sekitar 40 desa di empat wilayah tersebut yang merupakan permukiman warga suku Tengger.
DAVID PRIYASIDHARTA