TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh Khansa Syahlaa masih terasa pegal saat pesawatnya mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis, 21 Juli 2016. Gadis cilik berusia 10 tahun itu baru saja menyelesaikan pendakian maraton di Gunung Binaiya, Pulau Seram, dan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Perjalanan itu ditempuh selama 9 hari, dari 9 sampai 18 Juli 2016. Bersama sang ayah, Aulia Ibnu Sina, bocah perempuan itu sukses menapakkan kaki di atas salah satu gunung tertinggi di Nusantara. "Capek, tapi senang. Soalnya pemandangannya keren," katanya melalui sambungan telepon.
Aulia mengatakan hobi naik gunung ini dimulai saat Khansa masih berusia 7 tahun. Saat itu, Aulia mengajak dia naik Gunung Rinjani. Karena sakit, Khansa tak bisa sampai di puncak. "Waktu itu hanya sampai di Sembalun," ucapnya.
Keinginan untuk naik gunung kembali muncul setelah dia menonton film 5 cm. Pada 2014, Aulia merancang pendakian ke Semeru, puncak tertinggi Jawa, saat liburan sekolah. "Saya enggak menyangka jalan dia bagus, sampai puncak juga cepat," katanya sambil terkekeh.
Aulia merasa takjub dengan ketangguhan putrinya. Selama perjalanan, Khansa tak pernah rewel dan tidak cengeng. Untuk anak seusianya, Khansa termasuk pendaki yang tenang. "Meski jalurnya terjal, dia selalu jalan di depan," ucapnya.
Setelah itu, Khansa ketagihan. Setiap liburan sekolah, ia manfaatkan waktu naik gunung bersama ayahnya. Dari Gunung Gede, Gunung Lawu di Jawa Tengah, Gunung Latimojong di Sulawesi Selatan, hingga Gunung Kerinci di Sumatera tuntas ia taklukkan.
Khansa suka naik gunung agar bisa melihat Indonesia dengan lebih luas. Segala rintangan dan cuaca yang ekstrem ia lalui demi sampai puncak. Ia tak kapok, meski “dihajar” hujan selama 6 hari pendakian di Binaiya. Bahkan, pada liburan sekolah selanjutnya, Khansa ingin ke Bukit Raya di Kalimantan dan puncak Cartenz di Papua. "Enggak kapok. Enak sih," ujarnya.
MAYA AYU PUSPITASARI