TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Daerah Operasi 1 Jakarta PT Kereta Api Indonesia John Roberto mengungkapkan alasan di balik penyebab antrean kereta rel listrik di Manggarai selalu mengalami keterlambatan.
"Rangkaian kereta naik, perjalanan dan volume bertambah, tapi prasarana enggak bertambah. Pasti ada bottle neck," kata John dalam diskusi publik di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Senin, 25 Juli 2016.
John memaparkan, ada peningkatan perjalanan KRL sebanyak 362 persen dalam empat tahun. Ia menyebutkan, pada 2012, ada 194 perjalanan KRL yang meningkat menjadi 898 perjalanan pada 2016. Selain itu, jumlah rangkaian kereta meningkat 226 persen pada rentang waktu 2012-2016. "Dari hanya 23 rangkaian, sekarang 75 rangkaian," ujarnya.
John menuturkan, jumlah penumpang juga terus bertambah setiap tahun. Pada 2012, volume penumpang setiap hari mencapai 366.358, tapi kini sudah mencapai 780.330 penumpang. Sedangkan permasalahannya adalah ketersediaan jalur untuk masuk dan keluar Stasiun Manggarai. "Di Manggarai, untuk keluar Bogor dari Cikini ke Manggarai, hanya bisa satu jalur," tuturnya.
Untuk itu, John mengatakan, solusi sementara yang bisa dilakukan adalah mengurangi perjalanan KRL dari 898 menjadi 857 perjalanan. Namun pengurangan itu, kata John, tidak berdampak pada volume karena adanya penambahan sebanyak 12 gerbong.
Menurut John, kini pemerintah juga sedang mengupayakan untuk membangun doublé-double track (DDT) sebagai dampak perbaikan di Stasiun Manggarai. Proyek tersebut rencananya akan dimulai lewat pemindahan stabling atau tempat parkir kereta di Stasiun Manggarai ke dua tempat, yaitu Stasiun Tanah Abang dan Pasar Senen.
"Kalau ini bisa terwujud, nanti bisa terurai. Manggarai dari Cikini masuk, Tanah Abang masuk. Itu sudah sangat membantu," ujarnya.
FRISKI RIANA