TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama beberapa peserta The Third Session Preparatory Committee III for Habitat (Prepcom 3) meresmikan sebuah bangunan joglo bernama Balai Budaya Cak Markeso di Kampung Ketandan, Kelurahan Genteng, Surabaya, Rabu, 27 Juli 2016.
Di tengah kampung itu, berdiri joglo yang baru dibangun secara bergotong-royong oleh warga. Nama Cak Markeso diambil dari tokoh seniman kidungan garingan yang terkenal pada era 1970-an. Disebut garingan karena Markeso mengiringi kidungannya dengan irama gamelan yang diucapkan melalui mulutnya sendiri. Dalam peresmian itu, para peserta Prepcom 3 beserta Risma menandatangani sebuah kaca yang akan diabadikan di joglo.
Risma mengatakan Kampung Ketandan berada di jantung kota, karena dikelilingi oleh hotel, mal, dan pusat bisnis. Namun warganya aktif berinteraksi selama 24 jam. “Merekalah yang menjaga kota setelah toko-toko tutup jam 22.00,” kata Risma dalam sambutannya.
Baca juga:
Main Drum, Menteri Basuki Bikin Delegasi Asing Bergoyang
Neneng, Bocah Down Syndrome yang Melukis Sekjen UN Habitat
Risma mengaku semaksimal mungkin mempertahankan perkampungan di Surabaya. Menurut dia, kampung-kampung harus tetap dipelihara karena, dalam sejarahnya, Kota Surabaya terbentuk dari gabungan kampung.
Risma melanjutkan, suasana kampung sudah berubah, tidak lagi menjadi tempat kriminal dan beragam masalah sosial seperti dulu lagi. Penghuni kampung, kata dia, kini telah diisi oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. “Ini bukti konkret bahwa kampung juga bisa menjadi masa depan,” tuturnya.
Perwakilan UN Habitat, Cecilia Andersson, mengaku suka dengan Kota Surabaya. Sebab, ruang publik semacam Joglo Cak Markeso penting bagi tempat berinteraksi warga kampung. “Terima kasih, Surabaya, Indonesia,” ujarnya.
MOHAMMAD SYARRAFAH