TEMPO.CO, Jakarta - Ketua tim penjaringan calon Gubernur DKI Partai Gerindra, Syarif, mengatakan tidak terkejut dengan keputusan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akhirnya maju pemilihan kepala daerah Jakarta 2017 melalui jalur partai. Padahal semula Ahok ingin maju melalui jalur perseorangan.
"Sudah kumpulkan KTP, kemudian meloncat. Saya tidak terkejut, karena watak Ahok sejak dulu seperti itu," kata Syarif dalam diskusi Polemik di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 30 Juli 2016.
Syarif mengaku tahu betul karakter Ahok yang suka meloncat sana-sini sejak awal ketika partainya mengusung mantan Bupati Belitung Timur itu dalam pilkada Jakarta 2012. Terkait dengan keputusan Ahok memilih jalur partai, dia ibaratkan dengan lagu Meggy Z. yang berjudul Senyum Membawa Luka. "Potongan syairnya, teganya, teganya, teganya," kata dia.
Baca: Kalau Tak Menang di Pilkada DKI 2017, Ahok Bakal Jadi Apa?
Menurut Syarif, Ahok telah gagal memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat. Dia menuding bahwa Ahok telah mencuci otak para relawannya, Teman Ahok, juga masyarakat melalui media daring dengan menampilkan pencitraan. "Kita bicara faktanya. Sayang sekali teman-teman Ahok tidak pernah dengar apa yang kami sampaikan," ucapnya.
Tsamara Amany, juru bicara dari Komunitas Pendukung Ahok atau Kompak, tidak merasa bahwa Ahok telah mencuci otak para pendukungnya. Sebab, dia berujar, masyarakat bisa menilai dengan akal sehat.
Dia mencontohkan seperti kasus UPS ketika Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menggeledah ruangan Wakil Ketua DPRD Abraham “Lulung” Lunggana dan menahan anggota DPRD Fahmi Zulfikar. "Walaupun belum diadili, ada dugaan-dugaan dari penegak hukum bahwa anggota legislatif daerah terlibat dalam kasus UPS tersebut," tuturnya.
FRISKI RIANA