TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penduduk miskin DKI Jakarta pada Maret 2016 tercatat mencapai 384,3 ribu orang atau 3,75 persen dari total penduduk. Angka tersebut meningkat dibanding September 2015, yakni 3,61 persen.
Kondisi ini jauh berbeda dibanding 2014. Saat itu, persentase penduduk miskin di DKI trennya menurun.
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta menilai, dinamika perekonomian DKI Jakarta turut berpengaruh terhadap kondisi kemiskinan. “Persentase penduduk miskin dipengaruhi oleh garis kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk,” ujar Kepala KPw BI DKI Jakarta Doni P. Joewono dalam keterangan tertulisnya pada Senin, 1 Agustus 2016.
Pertumbuhan garis kemiskinan disebabkan oleh komponen non-makanan yang mengalami peningkatan, yaitu seiring dengan tingginya biaya sewa perumahan di Jakarta. Karena itu, menurut Doni, penyediaan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) menjadi salah satu alternatif untuk menurunkan biaya sewa rumah di Ibu Kota.
Namun inflasi garis kemiskinan tercatat turun menjadi 4,71 persen (yoy) dibandingkan dengan September 2015 sebesar 9,46 persen. Doni mengatakan penurunan itu tidak terlepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pemprov DKI Jakarta untuk menjaga inflasi tetap rendah dan terkendali.
Selain itu, angka garis kemiskinan yang menurun disebabkan oleh kontribusi kelompok makanan seiring dengan terkendalinya harga beras sebagai komoditas penyumbang utama.
Secara keseluruhan, menurut Doni, kinerja ekonomi DKI Jakarta yang tumbuh lebih rendah pada triwulan I 2016 turut mempengaruhi peningkatan persentase penduduk miskin, terkait dengan terbatasnya perbaikan pendapatan. “Turunnya pertumbuhan jumlah penduduk pada periode tersebut juga berpengaruh terhadap peningkatan persentase penduduk miskin.”
GHOIDA RAHMAH