TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Dadang Sunendar mengatakan tahun ini dijadwalkan akan terbit Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V.
“Mudah-mudahan tahun ini diterbitkan. Kita dorong terus karena sudah terlalu lama, KBBI IV terbit 2008,” katanya di sela pembukaan Kongres Bahasa Daerah Nusantara pertama di Bandung, Selasa, 2 Agustus 2016.
Dadang mengatakan target KBBI V tahun ini bisa mencantumkan penambahan hingga 118 ribu lema dan sublema. Pada KBBI IV baru dicantumkan 91 ribu lema dan sublema. “Mendikbud lama, Pak Anies, meminta tahun 2019 bisa mencapai 200 ribu lema dan sublema. Itu sangat berat. Tapi, kalau dibandingkan dengan bahasa Inggris, jumlah lema dan sublema sekitar 600 ribu lebih,” ujarnya.
Menurut Dadang, penambahan lema dan sublema itu berasal dari berbagai sumber. “Kosakata yang masuk dalam KBBI itu paling banyak bahasa daerah, kemudian bahasa asing, dan sumbangan masyarakat,” tuturnya.
Dadang mengatakan KBBI Edisi IV sudah diterbitkan dalam bentuk online pada situs Kbbi4.portalbahasa.com. “Tapi kita masih titipkan dalam situs Badan Bahasa Kemendikbud. Harapan saya, pada KBBI V versi cetak muncul dan versi daringnya juga untuk memudahkan masyarakat menggunakannya,” ucapnya. Dadang mengatakan KBBI edisi e-book juga sedang disusun.
Ketua Yayasan Rancage Rachmat Taufiq Hidayat mengatakan sudah menghibahkan edisi digital atau e-book KBBI Edisi IV kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Kira-kira sebulan lalu sudah menyerahkan Kamus Besar Bahasa Indonesia versi digital yang dibuat teman-teman Yayasan Rancage supaya bisa dipublikasikan luas,” katanya.
Taufiq mengatakan masyarakat yang menginginkan edisi digital KBBI Edisi IV bisa mendapatkan salinannya dengan mengirimkan surat kepada Yayasan Rancage. “Bentuknya CD. Nanti bisa dibuka di komputer sehingga bisa dilihat,” ujarnya.
Pada Kongres Bahasa Daerah Nusantara pertama yang digagas Yayasan Rancage bersama pemerintah Jawa Barat, Yayasan Rancage juga memperkenalkan Kamus Bahasa Sunda yang disusun bersama Universitas Padjadjaran, Yayasan Pusat Studi Sunda, serta penerbit Kiblat Buku Utama. “Kamus Bahasa Sunda ini berisi 150 lema dan sublema,” tutur Taufiq.
AHMAD FIKRI